Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Demi Waktu

12 Juni 2018   03:58 Diperbarui: 12 Februari 2019   00:11 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesosok wanita cantik menatapku. Di kejauhan kulihat seorang wanita yang sudah sangat dewasa, bahkan menurutku sudah tua, namun masih memancarkan aura kecantikan dan pesona yang luar biasa tengah tersenyum menatap ke arahku.

Dari balik cahaya bulan, aku melihat wanita cantik yang mengenakan busana mewah di tambah dengan gemerlap perhiasan yang menghiasi seluruh tubuhnya. Entah kenapa tiba-tiba rasa ku tak terkendali melihat wanita cantik yang mengenakan busana mewah di tambah dengan gemerlap perhiasan yang menghiasi seluruh tubuhnya ini. aku tidak lagi perduli dengan semua keadaan di sekelilingku, saat ini aku betul--betul menginginkan-nya.

Dari balik bintang Sang Waktu mendatangiku, memotong langkahku sebelum aku sampai ke hadapan wanita cantik yang mengenakan busana mewah di tambah dengan gemerlap perhiasan yang menghiasi seluruh tubuh-nya ini.

Sambil melihat wanita cantik yang mengenakan busana mewah di tambah dengan gemerlap perhiasan yang menghiasi seluruh tubuhnya ini, Sang Waktu berbisik di telingaku.

"Lihat lah orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan-nya. tidak-kah engkau mendengar, suara serak, dan tangis saudaramu, akibat ulah segelintir saudaramu yang lainnya, yang kini sedang mabuk kepayang, hingga memutuskan akal sehat mereka, karena begitu ingin memilikinya."

Sang Waktu menunjuk ke arah gedung-gedung yang menjulang tinggi, kulihat beberapa orang sedang berpesta pora di antara suara hingar bingar kehidupan malam, Sang Waktu kembali meneruskan ucapannya.

"Lihatlah tampang angkuh dan pongah orang-orang yang telah gila karenanya, lihatlah mereka yang sedang tertawa terbahak-bahak diatas penderitaan manusia lainnya,"

Setelah diam sejenak, Sang Waktu kembali menunjuk ke arah lainnya, di belahan Dunia lain-nya; "Lihatlah mereka yang kini sedang meratap dan menangis pilu, akibat ulah sebagian manusia yang merasa berkuasa dan merasa lebih pantas untuk menindas sesamanya demi untuk mendapatkannya,"

Aku terdiam, melihat dua pemandangan yang berbeda di hadapanku ini, saat ini, aku berdiri di antara kedua-nya, di antara siang dan malam, aku menatap wajah Sang Waktu, tidak-ku temukan ada rasa sedih maupun gembira di situ, begitu dingin, datar dan tanpa rasa.

Dari balik jubahnya, aku melihat wanita cantik yang mengenakan busana mewah dan gemerlap perhiasan yang menghiasi seluruh tubuhnya. Dia tersenyum, lalu melambaikan tangan ke arahku,
Sang Waktu menatap kedua mataku, lalu kembali berucap sambil melirik ke arah wanita cantik yang mengenakan busana mewah dan gemerlap perhiasan di belakangnya.

"Katakan padanya, apakah engkau memanggilku untuk menghampirimu? tidak ibu, saat ini aku masih ingin menyaksikan ke-esa-an Tuhanku, dan menjadi saksi bahwa Muhammad adalah Nabi ku, jika waktunya telah tiba, atas izin Tuhanku, aku pasti akan datang menghampirimu.

Demi Allah, Tuhanku yang Maha Esa. Dia tiada beranak dan tiada di peranakan, dan tiada yang menyerupai-NYA. Tuhanku, juga Tuhan-mu, Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga di usiamu yang sudah sangat tua, namun makin terlihat cantik ini, engkau tidak lagi hanya tersenyum dan diam seribu bahasa ketika melihat gelak tawa pongah orang-orang yang saat ini merasa berkuasa menindas sesamanya,"

**
Di malam yang hening, angin bagaikan berhenti, air nyaris tak beriak. Kupandangi langit yang cerah. Bintang-bintang tersenyum, seakan mengucapkan selamat malam padaku. Di antara bintang kulihat cahaya bulan bersinar terang, indah sekali, mengingatkanku pada sosok wanita cantik yang mengenakan busana mewah di tambah dengan gemerlap perhiasan yang menghiasi seluruh tubuhnya.


Aku berdiri tegak di antara benar dan salah, di antara pergantian malam menjadi siang, aku seperti mendengar suara Sang Waktu berbisik di telingaku;

"Apa yang engkau tunggu? langkahkan kakimu, sampai kapan engkau akan berdiri di situ. Lihatlah malam yang perlahan telah meninggalkanmu, dan lihatlah sang fajar telah datang menghampirimu, apa yang engkau pikirkan? apakah engkau berpikir sang malam tidak akan pergi meninggalkanmu?

Kenapa engkau diam? apa engkau takut di tinggal sang malam yang selama ini begitu setia menemani hari-harimu? Engkau bimbang? Hati kecilmu berkata, “Benarkah sang fajar akan menepati janjinya untuk datang menjemputku?” Jangan, jangan-lah engkau begitu. yakinlah. Sesungguh-nya sesudah kesulitan ada kemudahan.

Maka bersabarlah, jadikan sholat dan sabar sebagai penolongmu. Sesungguhnya, di dalam pergantian siang dan malam ada baca-an bagi orang-orang yang mau menggunakan akal dan pikirannya,"

Kutersentak, sayup-sayup kudengar suara Adzan Subuh berkumandang, di belakang Sang Fajar yang berjalan menghampiriku, kulihat sosok tubuh wanita cantik yang mengenakan busana mewah dan gemerlap perhiasan yang menghiasi seluruh tubuh-nya tersenyum ke arahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun