Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wanita Berkerudung Bergo Panjang Merah Marun

28 Mei 2018   23:42 Diperbarui: 6 Desember 2018   10:56 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Enam

Binatang Jalang

6-binatang-jalang-1-5b1d6e35caf7db32f5510532.jpg
6-binatang-jalang-1-5b1d6e35caf7db32f5510532.jpg
*

“TADI kata Bono abang mau ngurut..?” tanya wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun di depanku ini. “Iya mak, tadi saya tergelincir pas menyeberang titian. Mungkin kaki dan tangan saya agak terkilir. ” jawabku.

Titian adalah jalan atau sejenis jembatan penyeberangan yang terbuat dari sebatang bambu atau kayu yang melintang, melintasi sungai atau lembah kecil di pedesaan. Orang yang tidak terbiasa melintasinya akan mengalami kesukaran dan mencari-cari pegangan agar bisa sampai di ujung penyeberangan.

“Ya sudah, habiskan dulu kopinya, biar mak menyiapkan minyak urut sama bereskan ruangan tempat ngurut-nya dulu.” kata wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun ini sambil beranjak dari tempat duduknya, di ikuti Dita dari belakang. “Iya mak.” Jawabku sambil menatap punggung wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun yang menghilang masuk kedalam kamarnya.

“Ngurutnya di kamar ini bang..” terdengar suara wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun dari depan kamar kosong. Kuperhatikan Bono sudah tertidur pulas, terdengar dari suara dengkuran-nya yang mulai teratur.

”Bawa sarung nggak bang..? kalau enggak disini ada sarung.” Suaranya kembali mengagetkanku.

”Iya mak,” jawabku sambil berjalan menuju kamar di mana wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun itu berada.

Kuperhatikan isi kamar, ada wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun di dekat meja berukir yang terbuat dari kayu jati, satu kursi yang juga di penuhi ukiran serta ada cermin besar di atas meja mengarah ke arah kasur tipis di sudut ruangan.

“Kalau enggak bawa kain sarung, pakai saja sarung itu,” Wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun menunjuk kain sarung di atas kasur tipis di sudut ruangan yang kulihat barusan. Lalu kembali meneruskan menuangkan minyak urut ke dalam wadah di atas meja.

**

SEGERA ku pakai kain sarung yang di tunjuk oleh wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun itu barusan. Ku rebahkan tubuhku diatas kasur tipis, badanku pegal–pegal semua, sedikit terasa ngilu di kaki dan tanganku akibat terjatuh siang tadi, mudah–mudahan tidak sampai terkilir.

Wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun mendekatiku, duduk di sampingku, lalu memintaku untuk tengkurap, aku cuma bisa  meringis menahan sakit, ketika wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun ini mulai mengurut kaki ku yang terkilir siang tadi.

Pelan–pelan aku mulai merasa nyaman, ternyata memang benar. Wanita berkerudung bergo panjang merah marun ini pintar ngurut, kaki, pinggang, dan punggung serta tangan kiri yang tadi agak nyeri karena terkilir berangsur mulai membaik dan terasa enak, mungkin aliran darahnya sudah kembali lancar.

 “Balik badan bang..” suara wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun di sampingku memecah kesunyian. Aku segera membalikan badan, telentang, seperti tadi wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun kembali mengurut kaki ku. satu persatu, ujung–ujung jari kaki ku bergemeletukan di tariknya.

“Emak..belajar ngurut dari siapa mak?” tanyaku. ”Emang kenapa.?” wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun ini balik bertanya padaku. “Enak mak, ilmu turunan apa memang belajar, sebab yang saya tau ada tukang urut yang memang turunan dari orang tuanya, ada juga yang memang kusus belajar mengurut sama orang lain.” jawabku. “Bapak Bono yang menurunkan sama emak..” jawab wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun ini sambil terus mengurut kedua pahaku.

Kuperhatikan wajah wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun di hadapanku ini, pasti dulu waktu mudanya banyak lelaki yang naksir fikirku, sambil terus memperhatikan wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun yang terus memijat perut hingga ke dadaku.

Fikiranku mulai nakal, di dalam kamar yang hanya di terangi oleh pelita minyak tanah. Melihat sepasang payudara milik wanita berkulit sawo matang yang terlihat membusung dari balik kerudung, serta lekuk tubuhnya yang terlihat membayang di balik kerudung bergo panjang warna merah marun yang dikenakannya itu. Membuat naluri hewan yang berada di dalam diriku berontak, menjadi liar dan beringas tak terkendali.

Binatang jalang ini, mencabik–cabik seluruh tubuhku, berusaha mencari jalan keluar dari dalam diriku, kedua mataku menjadi liar, merayap ke sekujur tubuh wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun di depanku ini. Saat ini, dia tengah jongkok mengangkangi kedua kakiku, dan pada saat yang sama, aku jug merasakan ada benda hangat yang lembut dan kenyal menyentuh pahaku ini.

Diluar rumah terdengar suara air hujan mulai turun. Walau tak sederas malam kemarin, nafas ku agak tersengal dan memburu, binatang jalang di dalam diriku, dengan kuku- kuku tajamnya, berusaha merobek kulit dadaku.

“Bapak dulu Tukang urut juga mak..?” tanyaku, tak perduli pada tatapan matanya yang melihat aneh ke arahku. “Bukan, bapak dulu dukun Harimau, tapi kalau ada yang membutuhkan, bapak juga bisa mengurut dan mengobati berbagai macam jenis penyakit, seperti mengobati orang yang kesurupan, mengusir setan dan jin jahat yang suka mengganggu anak-anak.” katanya lagi.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun