”Tadi pakaian kotor abang yang tergantung di kamar mandi udah emak cuci sekalian“ katanya sambil melihat ke arahku, lalu melanjutkan. ”Tadi pagi abang masih tidur, pas emak mau menyuci pakaian, emak liat pakaian abang sudah kotor sekali, sudah berapa bulan nggak di cuci bang..?” katanya sambil tertawa ke arah ku. “Iya mak, terima kasih. Baru setengah bulan.” Jawabku berusaha mencandainya.
“ Berarti abang tidak jadi berangkat pagi ini” kata Bono sambil tersenyum melihat ke arahku. “ iya” jawab ku sambil melihat ke arahnya, ” Mungkin besok kalau pakaian abang sudah kering” tambahku lagi, sambil melihat ke arah wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun di depanku.
“Ya sudah pada sarapan sana,” kata Wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun menyuruh bono sambil melihat ke arahku. “Iya mak,” jawab Bono.
“Kalau abang mau, siap sarapan kita ke ladang melihat tanaman kopi, kulihat abang suka sekali dengan kopi.” kata bono padaku. “Boleh.” jawabku senang, karena jujur saja aku memang menyukai segelas kopi murni yang di campur dengan susu tanpa gula.
**
SETELAH sarapan, aku ikut bono yang katanya akan menunjukan tanaman kopi di kebun nya, kami menyusuri batang-batang karet yang kata Bono termasuk jenis tanaman tahunan dan dapat tumbuh sampai umur 30 tahun, dengan tinggi tanaman bisa mencapai 15–20 meter.
Menurutnya modal utama dalam pengusahaan pengelolaan tanaman karet ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek, Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin.
Aku terus berjalan mengikutinya dari belakang, sambil mendengarkan cerita Bono tentang jenis tanaman ini. Tanaman karet ini menurutnya memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat di sadap pada awal tahun ke enam ini. Secara ekonomis tanaman karet ini dapat di sadap selama 15 sampai 20 tahun.
Kami berhenti di pas di depan tanaman kopi yang di tanam di antara batang karet, jarak tanam nya antara satu batang dengan batang lain nya sedikit berbeda dengan batang-batang karet yang kami lalui tadi.
“Dalam tumpang sari, karet di tanam dengan jarak yang lebar dan luas. Tanpa tumpang sari karet di tanam 3 meter x 7 meter. Dengan tumpang sari paling tidak 3 meter x 8 meter atau 3 meter x 10 meter.“ kata Bono sambil menunjuk ke arah batang karet, lalu meneruskan ucapan-nya.
”jarak seperti ini akan membuat populasi karet agak sedikit, namun tidak akan mengurangi jumlah produksi karet. Hanya saja perlu penggunaan pupuk yang lebih optimal. Bahkan bisa membuat produksi karet menjadi tinggi, keuntungan nya adalah akan ada tambahan penghasilan dari kopi.” katanya berhenti sejenak, mengambil rokok klembak menyan dari kantung celananya, membakar-nya lalu meng”hisap”nya dalam-dalam. Sambil menghembuskan asap nya dari mulut dan hidungnya, dia kembali meneruskan.