Sorot matanya begitu tajam dan misterius, aku berusaha menepis dan mengusir jauh-jauh bayangan senyum manis wanita berkerudung Bergo panjang merah marun ini dari dalam pikiranku.
Duaarrr….
Aku di kejutkan oleh suara petir, kulirik jam di pergelangan tanganku, aku baru sadar ternyata jam tangan yang kukenakan ini mati, kuperhatikan sekali lagi, ternyata jam tangan ini memang benar–benar sudah mati. Aku tidak tau sudah jam berapa saat ini, hari sudah gelap tapi belum ada tanda- tanda hujan akan berhenti.
“Abang dari mana?”
Suara wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun di depanku ini memecah kesunyian, kujelaskan persis seperti apa yang kuceritakan kepada Bono tadi, kulihat wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun ini diam sebentar, lalu berkata.
”Hari sudah gelap, dan hujan masih belum berhenti, sebaiknya menginap saja di sini. Dusun yang mau abang tuju itu setengah hari perjalanan dari sini ini,” kata wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun ini, lalu meneruskan ucapannya sambil melihat kearah Bono yang duduk di sebelahku.
“Bono, ajak abang masuk ke dalam, ”
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H