Mohon tunggu...
MoRis Hong Kong
MoRis Hong Kong Mohon Tunggu... lainnya -

Migran. Pernah tinggal dan bekerja bersama kaum migrant di Melbourne. Sekarang tinggal dan bekerja di Hong Kong. Pernah mengajar di salah satu SMA di Malang, Jawa Timur. Penggemar kuliner nusantara. Penikmat kopi hitam.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ngadem di Panas dan Padatnya Cheung Chau

26 Mei 2014   03:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_325662" align="alignleft" width="300" caption="Mini Great Wall, salah satu sudut Cheung Chau (dok. pri)"][/caption]

Sabtu adalah satu-satunya kesempatan bagiku untuk melepaskan diri dari kepenatan dan rutinitas. Bukan Minggu. Karena Minggu memiliki urusannya sendiri. Maka setiap Sabtu saya usahakan untuk melangkahkan kaki, senyampang betis masih gagah dan kokoh, menikmati indahnya alam Hong Kong.

Sabtu ini, 24 Mei 2014 saya arahkan langkah menuju Pulau Cheung Chau. Satu dari empat pulau yang menjadi daerah tujuan berwisata di Hong Kong. Yang lain adalah Pulau Lantau dengan Big Budha-nya serta biara para biksu. Juga biara Trappist, yaitu para pertapa Katolik yang hidup terus di dalam biara. Ada juga  pantai Tai Wo dengan air terjunnya, atau sekadar menikmati alam dengan menumpang mobil kabel. Pulau Laama dengan dengan kincir angin, tracking untuk berjalan kaki, pantai dan rumah makannya. Lalu ada lagi pulau Pheng Chau. Pulau ini terkadang hanya menjadi persinggahan kalau kita ingin menuju ke Pulau Lantau, tetapi sejatinya dia memiliki keindahan tersendiri. Ada kuil dan pantai yang sayang kalau dilewatkan. Tetapi tujuan saya hari ini adalah Pulau Cheung Chau, yang terkenal dengan sepeda onthel-nya. Banyak juga yang lain sih, mari ikuti perjalanan saya.

[caption id="attachment_325663" align="alignright" width="300" caption="Star Ferry dermaga 5, pintu masuk ke Cheung Chau dari Central (dok.pri)"]

14010680121650873135
14010680121650873135
[/caption]

Satu-satunya armada transportasi untuk sampai ke Cheung Chau adalah kapal fery. Maka saya menuju Star Fery di Central. Dermaga yang menuju ke sana ada di dermaga nomor 5. Ternyata ada dua pilihan untuk sampai ke pulau yang terkenal dengan warung-warung seafoodnya ini. Kalau kita naik fery yang di sebelah kanan, kita akan sampai di sana lebih cepat. Karena kapalnya adalah kapal cepat. Sekitar 30 menit. Tentu saja harganya lebih mahal dari yang biasa. Kalau kita naik dari yang sebelah kiri, harganya lebih murah. 19 dollar sekian sen. Sampainya lebih lama karena jarak tempuhnya bisa sampai satu jam. Saya menumpang yang di sebelah kiri saja. Lama sedikit tidak apa-apa, yang penting murah.

Sesampai di daratan saya memutuskan untuk mendaki ke puncak tertinggi yang ada di cheung Chau, North Lookout Pavilion. Dari pintu keluar dermaga sama mengambil langkah ke kiri. Mengikuti jalanan di sana sampai mentok. Karena mentok, mau tidak mau harus berbelok. Maka saya ambil belokan ke kiri. Mengikuti jalan tersebut sampai di pintu gerbang taman Tai Kwai Wan.

[caption id="attachment_325664" align="alignleft" width="300" caption="Gerbang ke Tai Kwai Wan Garden"]

1401068100671025856
1401068100671025856
[/caption]

Kita bisa berbelok dan masuk ke taman tersebut kalau tujuan kita makan bersama atau piknik. Karena di sana ada beberapa tempat untuk BBQ dan disediakan beberapa kran air untuk mencuci bahan makanan. Taman itu juga bisa dipakai untuk sekadar duduk-duduk melepas penat. Karena saya hanya sendirian dan tidak berniat piknik, maka saya meneruskan langkah menuju ke puncak.

Perjalanan dari pintu dermaga sampai ke puncak membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Kalau kita singgah sebentar di pantai di pinggir jalan, atau di kuil, mungkin perjalanan bisa menghabiskan waktu satu jam. Saya tiba di puncak ketika matahari bersinar tepat di atas kepala. Panas sekali! Maka, begitu saya mencapai bangunan di atas sana, segeralah saya lepaskan semua beban. Ransel berisi perbekalan dan lain-lainnya saya lepaskan. Nafas yang berat saya lepaskan. Kecapekan dan kelelehan juga saya lepaskan. Kemudian saya memaku diri pada satu tiang untuk memandang indahnya alam.

[caption id="attachment_325665" align="alignright" width="300" caption="Puncak North Lookout Pavilion (dok.pri)"]

1401068172595539213
1401068172595539213
[/caption]

Saya tidak memahami di mana barat di mana selatan. Saya hanya bediri untuk membiarkan diri dibelai angin. Di ujung mata nampak Pulau Laama. Hal itu kentara dari tiga tiang pembangkit listrik yang ada di sana, juga kincir angin di kejauhan. Setelah puas memandang Laama di kejauahan, saya alihkan pandangan ke ke perkampungan Cheung Chau. Baru saya sadari pantai Cheung Chau begitu panjang dan perkampungan di balik pantai itu begituuuu puadat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun