Mohon tunggu...
Wari Syadeli MSi
Wari Syadeli MSi Mohon Tunggu... Guru - Guru Ngaji dan Pemerhati Sosial

jangan takut berbagi, teruslah berbuat baik walau mendapatkan ujian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Orang Tua Ikhlas Kunci Anak Sukses

29 Desember 2024   18:26 Diperbarui: 29 Desember 2024   18:26 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Bing AI Generator

Ikhlas akar katanya adalah khuluson artinya jernih, para orang tua yang ikhlas mencari nafkah dan mendidik anak semata karena Allah dan mengesakan Allah tanpa campuran niat material serta menjaga ketauhidan kepada Allah adalah jalan datangnya keberkahan bagi anak-anak.

Kemurnian niat ini menjadi penting bagi para orang tua sebagai bentuk ketundukannya kepada Al-Haqq Azza wa Jalla "Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS.Al-Bayyinah 98:5)

Mendidik dan membesarkan anak adalah ibadah, Ibn Hazm mengatakkan bahwa niat adalah rahasia ibadah, fungsi ikhlas sama seperti ruh mengisi jasad, ketulusan orang tua dalam mendidik anak menjadi kunci diterima dan ditolaknya amal kebaikan orang tua kepada anak-anaknya. Jadi kesadaran ibadah pada Allah adalah kunci memurnikan ketaatan dan menjalankan agama yang benar "Katakanlah:'Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan agamaku).: (QS. az-Zumar 39:14).

Kalaulah setiap orang tua menyadari kalimat yang dibacanya ketika setiap kali shalat tentu akan sadar bahwa interaksinya dengan anak-anak dan istri adalah bentuk ibadah yang besar apalagi bila fungsi pendidik dijalankan oleh orang tua kepada anak-anaknya, seperti ilmu syariat dan ilmu bathin termasuk memberikan nafkah.

Katakanlah:'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam; tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS.Al-An'am 6: 162-163)

Bagi para orang tua sepatutnya mengajarkan ilmu syariat kepada anak-anaknya, bila tak mampu hendaknya menyerahkan pada guru yang bisa mengajarkan anak-anak kita ilmu syariat karena pemahaman yang benar terhadap syariat menjadi kunci anak-anak kita kelak menjadi orang-orang yang mukhlisin.

Termasuk para orang tua hendaknya menguasai ilmu syariat baik dalam mencari nafkah juga dalam mendidik anak-anaknya sehingga anak-anak tidak dibiarkan hidup dalam kondisi melanggar syariat karena keikhlasan tidaklah bisa dicapai bila amalan yang dilakukan tidak benar apalagi melanggar hukum syariat. 

Tengoklah di dunia muslim saat ini para orang tua membiarkan anak-anak nya mengumbar aurat bahkan bergaul dengan lawan jenis dengan bebas, meski mereka tidur nyenyak karena diberikan makan enak bila harta yang diberikan bersumber dari makananharam tentu berdampak pada perilaku anak yang cenderung melanggar syariat. "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalanya." (QS.Al-Mulk 67:2)

Para orang tua hendaknya dalam memberikan nafkah dan mendidik anak-anaknya dengan amalan yang terbaik, apa maksud dari amalan yang terbaik dan paling benar. Amalan yang baik dan paling benar tentu adalah amalan yang ikhlas dan dilakukan dengan benar sesuai syariat. Fudhail Bin Iyadh menjelaskan tentang amalan yang paling benar

Sesungguhnya amal perbuatan itu meskipun benar tapi tidak ikhlas, maka tidak akan diterima; begitu juga halnya jika dilakukan dengan ikhlas tapi tidak benar, maka tidak diterima pula. jadi, amal perbuatan harus dilakukan dengan ikhlas dan benar. Yang dimaksud dengan ikhlas ialah dikerjakan hanya karena Allah; dan yang dimaksud dengan benar ialah dilakukan sesuai tuntunan sunnah"

Amalan yang dilakukan para orang tua dengan membesarkan anak serta mendidik anak-anaknya semestinya semata karena Allah, jangan sekali-kali menyekutukan Allah dalam mendidik anak, pengharapan pada selain Allah serta pengharapan pada selain Allah seperti kepintaran, kecerdasan, jabatan, pendidikan menjadikan para orang tua makin menjauh dari Allah dalam mendidik anak-anaknya, hal ini sering terjadi di perkotaan yang sekuler dimana para orang tua memiliki ekspektasi yang besar pada anak-anaknya untuk sekolah di lembaga-lembaga internasional semata karena tujuan material yang akan dicapai.

Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seseorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS.Al-Kahfi 18:110)

Dalam Hadits Qudsi yang diriwayatkan Muslim Allah meninggalkan siapa saja yang bersekutu dengan sekutunya "Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan sekutu, Barang siapa yang beramal, sedang Aku dipersekutukan di dalamnya dengan selain-Ku, niscaya Kutinggikan dia bersama dengan sekutunya.

Keridhaan Allah hendaknya menjadi orientasi yang harus dicapai para orang tua dalam mendidik anak-anaknya, bila orang tua telah mengamalkan kebaikan dalam membesarkan dan mendidik putra-purtrinya maka ia telah berada dalam keberuntungan karena kehidupannya terjaga dalam rel syariat mengikuti ajaran-ajaran Nabi karenanya mereka berhak mendapatkan kabar gembira kehidupan terbaik di akhirat kelak.

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan?" (QS.An-Nisaa 4:125)

Kesabaran para orang tua dalam mendidik anak agar menjalankan kehidupan dalam keridhaan Allah tentu lebih baik daripada merawat dan mendidik anak dalam kenikmatan dunia namun terjerembab dalam kemaksiatan kepada Allah "Dan Bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridaan-Nya" (QS.Al-Kahfi 18:28), kesabaran diliputi keikhlasan adalah hal terbaik bagi para orang tua agar memperoleh keridhaan Allah "Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan-Nya" (QS.Ar-Ruum 30:38) perlu ikhtiar yang kuat diantara mereka untuk mencari keridhaan Allah dalam menjalani hari-hari di rumah tangga.

Kedudukan Ikhlas sangatlah penting dalam kehidupan karena persoalan-persoalan hidup terkadang mengganggu manusia untuk berlaku Ikhlas dalam menjalaninya sehingga menghalanginya mendapatkan taufiq dan  keberkahan, hanya saja terkadang ujian yang dihadapi para orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya adalah riya'.

Terkadang ada saja para orang tua yang menjadikan pendidikan putra-putrinya menjadi kebanggaan untuk mendapatkan pujian diantara kelompok sosialita umumnya, terkadang kelompok sosialita didominasi kaum hawa namun tak jarang kaum adam terjebak dalam entitas sosialita yang saling membanggakan sambil menunjukan kehebatannya mendidik anak. secara tidak sadar para orang tua yang demikian terjerumus dari amalan riya' dan menjauh dari ke ikhlasan, sehingga usaha besarnya selama ini menghambat dirinya memperoleh pahala.

Ketika datang kepada Nabi seorang lelaki  yang berperang untuk mengharapkan ketenaran, Nabi menjawab sebanyak tiga kali : "Dia tidak mendapatkan apa-apa. Sesungguhnya Allah tidak mau menerima amal apapun, kecuali yang dilakukan dengan ikhlas hanya karena ingin mendapatkan ridha-Nya."

Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali amal perbuatan yang diniatkan dengan ikhlas demi meraih ridha-Nya." (HR.Nasa'i)

Sikap Ikhlas para orang tua membesarkan dan mendidik anak-anaknya dalam kondisi sesulit apapun akan mendatangkan pahala, bergugurannya dosa serta mudahnya pertolongan Allah, seseorang yang ikhlas akan mendapatkan kelapangan dalam hatinya sehingga sesulit apapun kesulitan dalam hidupnya akan selalu datang jalan-jalan kemudahan bahkan terkadang ia akan memperoleh banyak hikmah dalam menjalani kehidupannya bersama istri dan anak-anaknya.

Jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan (kemampuan membedakan antara yang haq dan yang bathil)." (QS.Al-Anfal (8):29)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun