Mohon tunggu...
Sudarmoyo Soewarto
Sudarmoyo Soewarto Mohon Tunggu... Editor - A'wan NU Kapuk & CEO Jasmedia

Sebagai A'wan NU Ranting Kapuk Jakarta Barat, sekaligus founder penerbitan Jasmedia Jakarta yang bergerak dalam bidang buku-buku sains untuk olimpiade . Mencintai literasi & tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Ikut NU Saja, Dijamin Asyik

8 Desember 2022   06:27 Diperbarui: 8 Desember 2022   06:41 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Twitter @NU Garis Lucu

 

"wes  tho manuto NU, penak-penak"

 

19 Jam yang lalu akun tweeter @NU Garis Lucu membuat tweet guyonan " wes  tho manuto NU, penak-penak"  jika diartikan secara umum kira-kira artinya  "sudahlah  ikut NU,  asyik-asyik". Seperti biasanya akan ditanggapi oleh followernya. Untuk diketahui  akun tweeter @NU Garis Lucu ini termasuk legend karena memiliki follower kurang lebih 925K (925.000)  dan tweet-nya bercirikhas ringan, guyonan, terkesan tidak serius, dan jenaka padahal materinya serius, bahkan terkadang sangat serius, tetapi si admin mampu menyampaikanya dengan enteng dan lucu . Jika anda tidak biasa mengikuti ritme di TL-nya bisa-bisa  jadi baper dan emosi gegara cuitanya, namun jika jiwa guyon anda tinggi dijamin anda akan senyum-senyum sendiri ketika membaca cuitan dan memahami konten dan konteksnya. Apalagi jika membaca tanggapan dari followernya anda akan dibuat senyum-senyum sendirian, terkadang banyak juga komentar followernya yang baper karena belum memahami konteksnya.

Saya tidak mengenal admin @NU Garis Lucu, tapi saya mengikutinya sudah lama. Menurut saya, adminya sangat cerdas & smart, ia ingin menyampaikan pesan (baca dakwah)  tetapi dikemas dengan tulisan-tulisan yang ringan, membumi, bahkan diselingi jokes yang menghibur, makanya tidak heran jika followernya hamper tembus  1 juta orang. Saking populernya di jagat tweet land, akhirnya agama lain juga mengikuti  jejaknya  dengan membuat  akun yang mirip-mirip denganya misalnya akun @KatolikG (Komunitas Katolik Garis Lucu), @KonghucuGL (Koh Garis Lucu). Bahkan diantara ketiga akun ini sering terlihat saling sentil dan colek sekedar untuk meramaikan dunia per "jokes" an di dunia maya. Intinya menurut saya, @NU Garis Lucu sudah berhasil memodifikasi dakwah atau mengedukasi umat dengan memanfaatkan media social yang kekinian, karena dia sadar bahwa dakwah tidak harus disampaikan pada tempat-tempat formal saja seperti masjid, surau, dan majelis taklim namun seiring dengan mobilitas manusia yang dinamis maka dakwah juga harus disampaikan sesimpel mungkin mengikuti dinamisasi manusianya.

Berikut kutipan tanggapan dari followernya:

Dari akun @Aku_MohArwani

"Di NU jelas asyik Gus... lha wong pertanyaan di alam kubur saja sudah dibocorkan sama mbah modin, makanya banyak cah santri sing NUakal tapi tetap pe de masuk surga. Selain punya kunci jawaban pertanyaan munkar nakir tapi juga punya kunci surga...(emote ketawa)"

 

Akun @Haerboy

" Di NU itu, Tahlilan makan, Berjanjen makan, Yasinan makan, Manaqiban makan, Kenduren makan, Syukuran rumah baru makan, Aqiqahan makan, Insya Allah barokah dan sejahtera terjamin ya"

 

Akun @Funedito

"Yang Asyik dari NU itu kiainya.Tutur kata halus & lembut"

 

Akun @benuaandin

"Orang NU suka guyon (emot jempol dan hati)"

 

Akun @Oyejoss

"Genah penak.... Aku orang Kristen, ikut tahlilan tetap dapat berkat"

 

Seiring kemajuan teknologi dan tumbuhnya generasi Gen Z (sekumpulan anak muda yang tidak bisa lepas dari ponsel), dunia digital sangat pas dan tepat sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan (dakwah). Jika kita amati saat ini banyak dakwah yang disampaikan melalui media-media sosial seperti Tweeter, Facebook, Instagram, TikTok, Youtube dan lain-lain. Bahkan jika anda pintar membuat konten-konten yang menarik tentu akan menjadi sumber pundi-pundi pendapatan. Sisi positifnya anda akan memperoleh dua keberuntungan atau manfaat yaitu manfaat keberkahan (baca pahala) dan uang tentunya. Di Indonesia telah terjadi pergeseran mobilitas media dari media konvensional (Cetak) ke media elektronik/digital secara  besar-besaran pada era tahun 2017 dimana pada saat itu ditandai dengan banyaknya media cetak  yang kolap. Data riset Nielsen menunjukan bahwa : Masyarakat Indonesia 95% media TV dijadikan medium utama, Internet atau media online sebesar 33%, Radio sebesar 20%, Surat Kabar sebesar 12%, tabloid 6%, dan majalah 5%. Pada tahun 2009 Penulis pernah mengadakan seminar dengan tema manfaat internet untuk dunia pendidikan, yang salah satu nara sumbernya adalah Kak Seto Mulyadi (Psikolog Anak & Tokoh Pendidikan). Kak Seto menyampaikan bahwa " internet ibarat sebuah pisau, tergantung kepada orang yang menggunakanya. Jika dipakai oleh tukang daging maka sangat bermanfaat, namun jika dipakai penjahat sangat berbahaya". Inilah dilema dari kemajuan teknologi, kita dituntut harus bijak dan tepat dalam menempatkan sesuai dengan proporsinya.

 

 

Disclaimer:

Kutipan ini sudah meminta ijin dari admin @NU Garis Lucu, dan tulisan ini adalah pendapat pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun