Mohon tunggu...
Warent Nteguh
Warent Nteguh Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Menulis, Membaca, Travelling, Game

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dampak Bullying: Perjalanan Danu Menghadapi Kekerasan di Sekolah

22 Juni 2024   11:47 Diperbarui: 25 Juli 2024   08:31 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah ini bermula sejak Danu pindah sekolah karena mengikuti orang tuanya yang berpindah domisili tempat tinggal.
Saat itu Danau baru saja duduk di bangku sekolah dasar kelas 5 SD.


Hari pertama sekolah Danu diantar oleh ibunya.
Hingga menuju ruang kelas.
Danu pun berkenalan dengan ibu guru wali kelas dan wali kelas memperkenalkan Danu kepada teman - temannya.

Danu ingin sekali bisa diterima dengan baik oleh teman- temannya.
Di sekolah lama,  Danu memiliki banyak teman. Danu  bahagia bersama semua  teman dan guru nya


"Selamat pagi Danu", kata Andra, salah satu temannya.
Halo, selamat pagi. Balas Danu dengan sopan dan senyuman.
Demikian juga dengan beberapa teman lainnya. Mereka saling menyapa.

Dari hari ke minggu dan minggu ke bulan. Tidak terasa Danu sudah hampir satu bulan bersekolah di sekolah barunya

Mereka saling menyapa dengan senyuman.

Tetapi ada satu orang ketua geng bully di sekolah  tersebut dengan  beberapa anggotanya

Entah sudah berapa kali, Danu dipalak atau diminta uang oleh seniornya itu.
Bahkan bekal makan siang Danu juga sering dihabiskan oleh salah satu anggota geng bully yang ada di kelas Danu.
Danu tidak berani. Mereka memiliki badan dan fisik yang lebih kuat.
Apalagi Danu adalah anak pindahan.
Kejahatan kelompok geng bully semakin menjadi jadi.
Danu kerap disuruh untuk membeli makanan  ke kantin. Bahkan menggunakan uang Danu sendiri.

Hal ini terus berlangsung, hingga suatu hari Danu badannya panas dan sering tidak mau ke sekolah.

Danu tidak pernah ada kegembiraan untuk berangkat ke sekolah.
Dia sudah membayangkan bekal makan siang yang disiapkan ibunya, pasti akan diambil paksa oleh geng bully.

Seringkali Danu izin tidak mau ke sekolah, dengan alasan sakit. Kaki keseleo atau alasan lainnya.
Itu hanyalah alasan Danu saja, untuk menghindar dari geng bully.
Sebenarnya Ibu Danu khawatir mengenai keadaan Danu, tetapi Danu tidak pernah menceritakan apa yang dia alami di sekolah.
Tidak pernah terpikir oleh ibunya, kalau selama ini Danu telah dibully.

Hingga kejadian saat kenaikan  sekolah seorang teman Danu , yang bernama Mey  menceritakan peristiwa yang dialami Danu kepada ibunya.

Ibu Danu syok, marah, kecewa, sedih dan menangis.
Ibunya merasa gagal tidak bisa memberikan perlindungan kepada putranya.

Apalagi mendengar, kalau Danu pernah dipaksa memakan cabe rawit/cabe setan sebanyak 5 buah. Padahal Danu tidak pernah kuat makan pedas.

Geng bully memang keterlaluan.

Ibu Danu pun menghadap ke sekolah.
Sekolah memanggil orang tua dari  geng bully tersebut.
Agar mereka pun bisa menasehati dan mengawasi anaknya. Mengarahkan anaknya agar tidak membully dan harus saling menyayangi antar teman di sekolah.

Saat ini Danu sudah bersekolah di salah satu SMP dan Danu sudah memiliki banyak teman.
Mereka saling mendukung satu sama lain.
Dan di hati mereka sudah tertanam "Stop Bullying"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun