Mohon tunggu...
Sahro Wardil Lathif
Sahro Wardil Lathif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berisi tulisan tulisan kegelisahan batin, dan pergolakan pemikiran serta action yang bisa ku lakukan

No Wa. 085815760283 Ig: wardil.lathif Fb: Wardil Lathif

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Fakta Sarjana di Dunia Kerja

18 Juli 2023   05:17 Diperbarui: 18 Juli 2023   05:44 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pngtree.com

Sekarang, misalkan apakah kita yang hari ini sarjana mau melamar jadi satpam?". Ini bukanya ingin merendahkan profesi satpam. Tetapi, ini adalah apresiasi untuk satpam. Justru karena satpam tidak sarjana, ia lebih mudah mencari kerja daripada sarjana.

Ini adalah sebuah fakta yang sangat-sangat mencengangkan. Kemudian fakta selanjutnya mengapa orang "bodoh" itu lebih mudah mencari kerja. Yaitu orang "bodoh" tidak perhitungan. Atau dalam bahasa yang sering kita dengar, yaitu 'cincai'. Tidak terlalu perhitungan. 

Jadi apabila kita berpikir, "Aku ini sarjana. IP.ku tinggi. Aku lulusan universitas favorit." misalnya. Ternyata perusahaan itu tidak butuh orang yang pintar. Perusahaan itu tidak butuh orang yang pintar. Dia butuh kamu yang bisa menyelesakan masalah di kantor. Titik. Dan seringkali, masalah di kantor gak ada hubungannya dengan IP kita. Tidak ada hubungannya dengan dulu kamu lulusan universitas apa, kamu punya gelar apa. Mereka gak peduli. 

Lalu sekarang, berapa banyak sarjana yang justru menjadi supir Grab? Ya 'kan? Menjadi supir Go-Jek? Pengantar makanan Go-Food. Ternyata itu banyak yang lulusan sarjana. 'Daripada nganggur?' katanya. Ini sebuah fakta yang tidak didengar, tetapi itu terjadi.

Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Hampir semuanya mengalami hal seperti ini. Ini fakta yang kedua. 

Jadi, kita sebaiknya jangan terlalu perhitungan. Mungkin kita bisa simpan ijazah kita. Orang lain tentu ingin tahu kita lulusan apa. Jika kiya memang punya attitude yang baik, kita melamar kerja, kemudian ternyata digaji di bawah UMR. Santai saja 'Yang terpenting aku dapat kerja dulu'. Gak masalah. 

Justru orang yang semacam itu dipermudah rezekinya. Orang yang terlalu perhitungan, justru rezekinya bakal seret. 

Misalkan ada tawaran "Mau gak diterima di tempatku, tetapi gajinya di bawah UMR?". Ya udah gak papa, diterima saja. Jadi, mengapa orang "bodoh" itu lebih mudah mencari kerja? Karena mereka cincai. Mereka tidak terlalu perhitungan. Kita saja yang terlalu perhitungan. "Oh, Aku ini dulu juara kelas!". Padahal gak ada hubungannya kamu juara kelas sama pekerjaan. 

"Oh, Aku ini dulu mewakili sekolah dalam paskibraka!". Gak ada hubungannya. Kecuali kita buka perusahaan : "Terima jasa training untuk paskibraka". Kalau begitu, mungkin lain lagi. 

Intinya perusahaan hanya ingin tahu bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah perusahaan tersebut, Titik. Jika perusahaan itu butuh kurir pengiriman, ya sudah, jadilah kurir.

Kalau masih terucap "Tapi Aku ini sarjana loh!". Itu artinya kita sudah perhitungan. "Masak jadi kurir? Gengsi dong..". Ini poin yang ketiga. Yaitu tidak perlu gengsi. Problem sarjana itu selalu pakai gengsi. "Aku ini sarjana!".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun