Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lapak Baca Dimusuhi, Mengapa Mereka Takut pada Buku?

14 Januari 2025   13:14 Diperbarui: 14 Januari 2025   13:25 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku-buku yang membuka wawasan (dok. pribadi).

Tentu bukan dari saya seorang buku-buku pengganti didapatkan. Viralnya kejadian tersebut tentu mengundang keprihatinan banyak orang yang juga ingin membantu dan mendukung lapak baca.

Kegiatan penguatan literasi masyarakat yang diupayakan melalui lapak baca gratis memang sudah sejawarnya didukung. Upaya memperkuat pengetahuan warga dengan buku mestinya disambut dengan baik, bukan justru dipersulit. Hadirnya buku-buku yang bisa diakses lebih mudah di ruang publik mestinya dirayakan, bukan malah dimusuhi.

Diambilnya buku-buku dari lapak buku gratis tersebut serta tindakan-tindakan lain yang kurang simpatik seperti intimidasi memperlihatkan adanya ketakutan. Bukan takut pada orang-orang yang menjadi penggerak lapak baca. Bukan pada kegiatan literasi yang diadakan. Ketakutan terbesar yang dirasakan oleh pihak-pihak yang tidak simpatik  barangkali adalah pada buku-bukunya.

Aneh tapi nyata, begitulah adanya. Pada era demokrasi di negara yang konon ingin menjadi maju pada 2045, buku ternyata masih menjadi salah satu sumber ketakutan bagi sebagian kalangan.

Toko-toko buku memang tidak dilarang. Buku-buku boleh dicetak dan diterbitkan. Akan tetapi saat buku-buku sampai di tangan masyarakat dan mulai dibaca, di situlah kekhawatiran dan ketakutan bisa muncul.  Buku seolah barang berbahaya dan terlarang seperti narkoba yang perlu dijauhkan dari tengah masyarakat.

Entah apa alasan utama orang-orang alergi pada buku dan menjadi ketakutan saat buku-buku banyak dibaca oleh masyarakat. Padahal, setiap buku yang dibaca justru bisa mendatangkan banyak manfaat bersama.

Masyarakat yang gemar membaca buku akan menguat literasinya, termasuk literasi keuangan, sehingga tidak mudah terperosok ke dalam jebakan judi online dan pinjama nonline. Dengan demikian pemerintah dan aparat tidak akan kerepotan melawan para mafia judi. Sebab masyarakat yang kuat literasinya sanggup membentengi dan melawan dengan pengetahuan yang mereka dapatkan dari buku.

Masyarakat yang menggenggam buku akan mampu memahami pentingnya pentingnya menjaga lingkungan sehingga bisa mengelola sampah dan tidak membuangnya sembarangan. Dengan demikian pemerintah-pemerintah daerah tidak akan kewalahan menangangi tumpukan sampah yang menggunung dan berceceran di jalanan.

Buku-buku pula yang akan membuat masyarakat bisa lebih memahami dampak buruk kejahatan korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga tergerak untuk melakukan perlawanan terhadap praktik-praktik buruk tersebut. Dengan demikian akan lebih banyak sumber daya dan dana negeri ini yang terselematkan. Kualitas pembangunan pun bisa ditingkatkan tanpa harus negara selalu meminta hutang.

Mengapa takut pada buku? (dok. pribadi).
Mengapa takut pada buku? (dok. pribadi).

Masyarakat yang tercerahkan oleh buku  akan bisa membedakan apa yang buruk dan apa yang baik. Buku membuat peradaban suatu masyarakat semakin maju sehingga bisa menentukan mana yang mesti diikuti dan mana yang harus ditinggalkan. Siapa yang perlu diteladani dan siapa yang sebaiknya jangan diikuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun