Erick seolah sangat yakin bahwa kombinasi taktik pelatih Belanda dengan pemain-pemain keturunan bisa menjamin Timnas memenangkan semua laga tersisa sehingga bisa lolos lebih cepat ke Piala Dunia sebagai runner up grup.
Kelolosan yang lebih cepat tersebut akan sangat menguntungkan Erick sebab akan semakin cepat pula namanya harum. Semakin melambung popularitas dan semakin besar nilai tawarnya di mata parpol untuk mengusungnya sebagai capres atau cawapres pada 2029. Erick membutuhkan "kepastian" itu sesegera mungkin. Ia tidak mau kalah start dengan para tokoh lainnya.
Jika benar kondisi itu yang melatarbelakangi keputusan nekat dan mendadak dalam mengganti pelatih Timnas, maka sekali lagi sepakbola Indonesia dikalahkan secara tragis oleh kepentingan politik. Ironis jika ternyata STY dijadikan sebagai tumbal dalam perjudian politik ini. Â Dan akan sangat memalukan jika aktor utamanya ialah Erick sendiri yang selama ini menggemakan pentingnya proses dan transformasi sepakbola.Â
Apakah memang Erick Thohir tak banyak berbeda dengan para petualang politik lainnya yang gemar menunggangi olahraga?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H