Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Bola

STY Dipecat karena Ambisi Politik Erick Thohir Setelah MK Hapus Ambang Batas Pilpres?

7 Januari 2025   07:06 Diperbarui: 8 Januari 2025   17:56 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, "sangat dinamis" bisa diartikan sebagai ungkapan tersirat bahwa segala keputusan PSSI bisa berubah-ubah sesuai "kehendak" dan "kepentingan" pemimpin federasi. Pada konteks inilah ketidakwajaran dalam pemecatan STY sebenarnya dapat dianalisis lebih dalam.

Memecat seorang pelatih yang telah menorehkan banyak catatan positif, dicintai para pemain, serta memiliki dukungan besar dari para suporter merupakan keputusan nekat Erick Tohir dan PSSI. Dan di Indonesia selalu ada satu pemicu besar yang sering menggerakkan tokoh publik dan pejabat untuk berbuat nekat. Yakni, ambisi politik yang meluap-luap.

Pada 2 Januari 2025, Mahkamah Konstitusi (MK) baru saja membuat putusan besar yang mengubah dinamika dan arsitektur politik Indonesia di masa mendatang. Melalui keputusan nomor 62/PUU-XXII/2024, MK menghapus ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold yang sebelumnya diatur dalam UU Pemilu No. 7 Tahun 2017.

Putusan itu membuka gerbang selebar-lebar bagi setiap orang untuk mengikuti pilpres. Meski pencalonan tetap melalui partai politik, tapi tak lagi mensyaratkan dukungan minimal 20% kursi DPR atau 25% suara sah nasional. Artinya hak konstitusional bagi pemilih dan orang-orang yang ingin dipilih dalam pilpres tidak lagi dibatasi.

Bagi "tokoh independen" seperti Erick Tohir, dihapusnya ambang batas pilpres tentu laksana hembusan angin yang amat segar. Sebagai sosok populer dan sempat hampir menjadi cawapres Prabowo pada Pilpres 2024 lalu, Erick tentu belum mengubur keinginan dan mimpinya. Apalagi kini ia tetap menduduki jabatan strategis yang membuatnya terus dikenal dan disorot.

Memang calon pengganti STY menurut informasi sudah dibidik sejak sebelum keluarnya keputusan MK. Namun, kemungkinan kandidat tersebut baru akan dimunculkan jika STY dan Timnas gagal mencapai target sisa kualifikasi Piala Dunia ronde 3. Mengganti STY baru sekadar opsi yang belum diprioritaskan dalam waktu dekat. Pelatih penggantinya masih akan disimpan sampai beberapa bulan ke depan.

Namun, sesuatu yang dikatakan "sangat dinamis" itu ternyata datang seketika. Putusan MK yang menghapus ambang batas pilpres telah membangunkan gairah politik Erick menjadi lebih meluap-luap. Semakin cepat memastikan Timnas lolos ke Piala Dunia akan semakin cepat pula membuat namanya semakin menjulang sebagai pahlawan dan idola masyarakat Indonesia. 

Dilingkupi lonjakan gairah politik, Erick kehilangan kebijaksanaannya sebagai orang yang telah lama berkecimpung di dunia olahraga dan sepakbola. Ia kehilangan kesabaran dan kepercayaannya pada proses. 

Nalurinya sebagai pejabat dengan ambisi politik menggerakkan Erick berubah menjadi sosok yang menghendaki hasil secepat-cepatnya dengan menempuh jalan pintas. Ditambah kemungkinan adanya bisikan-bisikan menyesatkan dari orang-orang terdekat, membuatnya mengambil keputusan nekat untuk mempercepat pergantian pelatih Timnas.

Barangkali Erick menganggap pelatih Belanda bisa segera menyatu dalam skuad timnas yang diisi banyak pemain keturunan Belanda. Kesamaan budaya dan bahasa dianggap akan cepat menaikkan performa Timnas menjadi semakin hebat. Selain adanya kemungkinan pelatih baru dari Belanda bersedia digaji lebih murah dan lebih mudah diajak "bersepakat".

Di bawah pengaruh gairah politik yang dihembuskan oleh putusan MK, Erick berpandangan bahwa proses yang sedang ditempuh Timnas bisa dipersingkat dengan jasa pelatih asal Belanda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun