Sebuah botol kaca tercecer di tepian trotoar ketika saya mengayuh sepeda pada Rabu pagi, 1 Januari 2025. Di badan botolnya menempel gambar dan tulisan berbunyi Orang t*a, Angg*r M*erah, Selalu Pas.Â
Tidak sulit menebak asal-usul botol tersebut. Pasti sisa dari perayaan malam tahun baru beberapa jam sebelumnya. Bagi sebagian orang tidak lengkap melewati pergantian tahun tanpa minuman penghangat tubuh semacam itu. Apalagi malam pergantian tahun kemarin diawali dengan turunnya hujan yang membuat suasana dan hawa semakin dingin.Â
Namun, sebuah tanya menggelitik di benak. Melihat kondisi sekitarnya yang bersih dari sampah, bisa diperkirakan petugas kebersihan telah bekerja cepat sesaat setelah tahun berganti. Sampah-sampah telah dipunguti dan dihantar menuju tempat pembuangan yang semestinya. Mengapa masih tercecer satu botol minuman hangat ini? Mungkinkah sekelompok orang atau "klitih yang kesiangan" sempat singgah di trotoar tersebut untuk berpesta?
Ah, saya tak mau memusingkan lebih lanjut. Ada kepentingan lain yang lebih layak untuk saya penuhi pagi itu. Yakni gowes menikmati hari pertama tahun 2025 Â di bawah lindungan udara yang agak segar meski tercekam PPN 12%.
Tujuan pertama saya ialah ATM Bank Syariah Indonesia. Saya hendak mencoba fitur tarik tunai tanpa kartu melalui aplikasi Byond. Belum ada 24 jam saya memasang Byond di smartphone. Bermula pada 31 Desember 2024 ketika aplikasi BSI mobile saya tak bisa digunakan. Saya lalu bergegas menuju kantor BSI Sudirman. Di sana saya bermaksud menemui petugas CS. Ternyata urusan selesai hanya dengan bantuan Satpam BSI yang mangarahkan saya untuk memasang Byond.
Sambil duduk di dalam ruangan bank yang sejuk, saya memasang aplikasi Byond dengan bekal petunjuk dan penjelasan singkat yang diberikan oleh satpam. Mulai dari memasukkan nomor HP, nomor kartu, email, verifikasi wajah, hingga membuat PIN. Sesekali satpam datang menghampiri untuk menanyakan apakah saya mengalami kesulitan. Saat diketahui olehnya bahwa saya telah berhasil mengaktifikan Byond, ia lalu menjelaskan beberapa fitur yang bisa saya coba untuk mulai terbiasa menggunakan Byond sebagai pengganti BSI mobile. Dijelaskan pula bahwa saya bisa menguninstall BSI mobile untuk seterusnya memanfaatkan Byond.Â
Saya menyampaikan terima kasih atas bantuannya dan berkata akan mencoba tarik tunai dengan Byond nanti. Â Akhirnya baru pada 1 Januari 2025 saya melakukannya.
Meninggalkan ATM sepeda saya bawa lebih jauh menyusuri jalanan. Agak lengang lalu lintas pagi itu meski tetap kurang ramah bagi pesepeda dan pejalan kaki. Banyak wisatawan mungkin masih malas-malasan di kamar penginapannya usai bersuka ria semalaman. Sedangkan warga kebanyakan menikmati kesantaian seperti biasa ditempuhi selama ini.
Sepeda berbelok arah yang jika terus dilalui jalanannya menuju pasar. Namun, saya tak hendak ke sana. Sepeda saya tepikan ke trotoar tempat sejumlah pedagang kaki lima berkumpul. Ada yang berjualan soto, nasi kuning, dan jajajan pasar.Â
Usai memarkir sepeda, seorang penjual saya dekati. "Cenil kalih lupis setunggal", saya katakan itu kepada ibu penjual yang ramah. Ia pun segera menyiapkan apa yang saya pesan. Tangan yang terbungkus sarung plastik cekatan mengambil beberapa lembar daun pisang. Di atasnya ia tambahkan cenil dan lupis, lalu dituangkan sesendok cairan kental gula merah beraroma harum. Hanya Rp4000 saya perlu membayar cenil dan lupis tersebut.
Bekal sarapan pertama di tahun yang baru telah saya dapatkan. Cenil dan lupis selalu bisa memuaskan selera jadul saya. Terutama cenil yang sudah saya gemari sejak kecil. Â Bukan jajanan yang mengeyangkan, tapi selalu menyenangkan menikmati cenil. Semoga jajanan tradisional seperti ini tetap lestari. Tetap banyak orang yang membuatnya dan tetap digemari.
Saya kembali mengayuh. Pagi semakin hangat, jalanan semakin hidup, aroma polusi udara pun mulai tercium. Para pesepeda lain ikut mengisi jalanan. Beberapa pelari tak mau kalah. Libur awal tahun nampaknya menjadi awal bagi banyak orang untuk menetapkan langkah-langkah baru yang lebih baik. Mereka yang menghendaki hidup lebih sehat menjadikan hari pertama 2025 sebagai tonggak sejarah. Sebab ada sebuah petuah atau pedoman yang berbunyi kurang lebih: "Apa yang kamu alami pertama saat bangun di pagi hari menentukan warna sepanjang harimu. Bagaimana kamu memulai hari pertama di awal tahun bisa menjadi gerbang dan rupa perjalananmu sepanjang tahun".
Sepeda berhenti lagi. Kali ini saya terpikat oleh seorang penjual susu yang kekhasannya sudah melegenda. Gerobak sepeda warna birunya sedang dikerumuni beberapa orang dewasa dan anak-anak. Saya putuskan bergabung bersama mereka.
Susu dan yoghurt aneka rasa menumpuk dalam dua kotak es. Pada kotak pertama dijumpai kemasan gelas-gelas kecil. Sedangkan pada kotak kedua susu-susu dikemas dalam wadah plastik menyerupai bantal mungil.
"Sepuluh ribu tiga", jawab penjual saat saya tanyakan harga susu. Ada rasa strawberry, vanila, moka, dan coklat. Saya pun mengambil tiga yang pertama sambil menyodorkan selembar uang. Satu gelas saya minum saat itu juga. Rasanya segar karena tak cuma mencecap susu, tapi juga meneguk kenangan lama yang sejenak kembali terputar di ingatan. Benar-benar susu yang mengandung gizi sekaligus memori.
Energi seolah terisi lagi, roda sepeda pun kembali berputar. Sambil terus mengayuh saya menggumamkan lirih lagu kesukaan. Berhenti di lampu merah, saya pun berhenti bergumam. Khawatir suara fals saya mengganggu pengguna jalan lainnya. Lepas dari lampu merah sepeda meluncur lagi. Saya pun meneruskan nyanyian yang sempat tertunda.Â
Tak terasa saya sudah menempuh jalan pulang. Menuju utara jalanannya sedikit menanjak. Lelah mulai terasa, tapi keringat membuat saya menikmati perjalanannya. Sampai kemudian di sebuah toko bahan makanan saya berhenti. Tempat ini memang sudah saya tetapkan untuk disinggahi dalam arah pulang untuk membeli jeruk dan jeruk peras. Satu kilogram jeruk peras saja jumpai label harganya Rp15.000. Sementara jeruk seharga Rp20.000. Saya tidak mengambil tepat satu kilogram. Setelah ditimbang masing-masing jeruknya, di kasir saya hanya membayar Rp19.000 untuk keduanya.
Sepeda terus melaju santai. Sedikit beban terasa di punggung sebab ada jeruk dan susu yang berjejalan di dalam tas.  Lagu kesukaan kembali saya gumamkan lirih. Garis finish  sudah dekat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H