Selalu datang dan pergi. Begitulah kurir pengantar paket yang tak kenal libur. Kedatangannya senantiasa dinanti dengan penuh harap, antusias, dan kadang disertai gelisah.Â
Mendengar suara sepeda motornya melintas dan berhenti di depan rumah sering kali membuat hati melonjak-lonjak. Segera mengintip dari jendela atau membuka pintu seolah sudah tahu pasti yang datang ialah kurir paket yang sedang dinanti. Dan manakala ternyata yang datang menggeser pintu pagar, tuntas sudah masa-masa penantian itu.Â
Ia singgah tak pernah lama. Segera bergegas lagi menuju alamat-alamat berikutnya. Menuntaskan penantian lain-lain orang yang juga antusias dan gelisah.
Kadang nama kurir tak dikenal. Sebab pada aplikasi belanja online maupun fitur pelacakan, tidak semua mencantumkan nama sang pembawa paket. Kadang saat namanya tercantum, ternyata yang mengantar orang yang berbeda.Â
Walau demikian sering kali kurir yang sama mengantar paket berulang kali ke alamat tertentu. Orang-orang yang kerap berbelanja online pasti mengalami ini. Sebab seorang kurir biasanya memiliki wilayah pengantarannya sendiri.Â
Semacam memiliki kurir paket langganan membuat kita menjadi akrab dan tahu sama tahu kebiasaan. Kurir langganan yang sering mengantar paket untuk saya tahu di mana ia harus meletakkan paket jika saya belum pulang. Paket itu akan ditaruhnya di balik pot bunga di depan pintu. Oleh karena potnya agak besar, paket akan terlindung dari pandangan luar. Setelah meletakannya sang kurir biasanya akan memotret dan mengirim pemberitahuan ke saya lewat whatsapp.
Namun, kali ini kurir paket langganan saya tidak perlu repot melakukannya. Sabtu (28/12/2024) sore sekitar pukul 17.15 saya sudah di rumah saat ia datang. Malah sebelum ia menjangkau pintu pagar, saya sudah keluar membukanya dan menyongsongnya di depan.Â
Melihat kantong paket di sepeda motornya, saya menduga ia hampir menyelesaikan semua kirimannya. Â "Satu ya, bang". Ia memang memanggil saya "bang". Sedangkan saya menyebutnya "mas", walau ia lebih muda.
Sebuah paket ia pindai dengan smartphone. Butuh beberapa detik kami menunggu sebelum terjadi serah terima. Dalam jeda waktu tersebut sempat ia mengatakan sesuatu. "Besok-besok teman saya yang antar ya, bang".
Mulanya saya merespon dengan biasa, balik bertanya apakah ia berganti area pengantaran? Jawaban lebih lanjut darinya membuat saya agak terhenyak sehingga untuk beberapa menit kami terlibat obrolan.
Ternyata ia tidak akan lagi mengantar paket ke manapun. Tanggal 30 Desember menjadi hari terakhirnya bekerja sebagai kurir.Â
Mulai Januari 2025 ia akan berjualan mie ayam, mengambil alih usaha warung  yang sebelumnya dijalankan oleh sang ayah. Ia pun sempat menunjukkan foto-foto warung mie ayam tersebut. Lokasinya saya tahu meski jarang melewati jalan itu.Â
Ketika saya bertanya apakah sudah bisa dipesan lewat ojek online, ia pun menjawab, "Nanti kalau sudah saya yang ambil, bisa Gofood atau Shopee. Warungnya juga mau saya cat, ditambah lampu-lampunya".
Dari jawaban dan intonasinya, nampak ia antusias memulai peran anyarnya di tahun yang baru nanti. Tidak sekadar meneruskan usaha orang tua, melainkan telah merencanakannya apa yang hendak dilakukannya nanti. Selain memoles penampilan warung, ia pun berniat melayani pembeli lebih lama sampai jam 9 malam. Selama ini sang ayah hanya membuka warung itu sampai sore hari.Â
Singkat memang pertemuan kami sore itu, tapi amat berkesan. Kepadanya saya tidak bertanya apakah berjualan mie ayam merupakan pilihan dan keputusannya sendiri atau karena ia diberhentikan dari pekerjaannya sebagai pengantar paket. Seringnya terdengar berita PHK yang menimpa para mitra kurir paket akhir-akhir ini membuat saya sempat berpikir demikian.Â
Namun, tak jadi pertanyaan itu keluar dari mulut ini. Saya yakin seorang kurir yang telah menempuh ratusan hari dalam perjalanan pulang pergi mengantar ribuan paket merupakan sosok-sosok yang tangguh sekaligus pekerja keras. Ditempa terik matahari serta guyuran hujan yang sering memedihkan kulit dan mata membuat kurir-kurir paket lebih dari mampu menghadapi perubahan yang kadang mendadak datangnya.
Hari ini, 30 Desember 2024, kurir langganan itu dipastikan tak akan datang. Selain saya sedang tidak memiliki paket belanja online yang perlu diantar, barangkali ia pun sedang menikmati hari terakhirnya mengunjungi alamat-alamat pelanggannya yang lain.
Meskipun demikian, awal tahun depan saya akan mampir ke warung mie ayamnya. Seperti saya katakan sesaat sebelum ia berlalu usai mengantar paket sore itu. "Nanti taklarisi warungnya, mas".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H