Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lewat Diskon Buku, Nyalakan "Tanda Bahaya"

23 Desember 2024   08:21 Diperbarui: 23 Desember 2024   08:21 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan tentang tanda bahaya tutupnya toko buku. Bukan tentang buku yang diobral  cuci gudang karena tidak laku. Ini mungkin misi mulia dari toko, penerbit, dan penulis buku agar masyarakat tak melupakan pengalaman traumatik bangsanya.

Sesuatu yang menarik saya jumpai dan amati dari toko resmi Gramedia di Tokopedia. Sejak November hingga saat tulisan ini dibuat pada Minggu, 22 Desember 2024, Gramedia rutin dan bergantian memberi diskon untuk sejumlah judul buku. 

Dari beberapa buku tersebut, ada 3 yang selalu mendapat potongan harga berkisar 30-50%. Buku-buku itu ialah "Pulang", "Laut Bercerita", dan "Namaku Alam". Ketiganya merupakan karya penulis ternama Leila S. Chudori atau Bu Leila.

Di sini tidak akan diulas isi dan cerita ketiga buku tersebut. Siapapun bisa mencermati resensi, review atau ulasan tentang Laut Bercerita, Pulang, dan Namaku Alam dengan menjelajahi internet, membuka forum goodreads, gramedia.com, blog, dan lain sebagainya.

Bisa dipastikan ketiga buku itu mendapat diskon besar bukan karena tidak laris. Entah sudah berapa belas atau puluh kali buku-buku tersebut dicetak ulang.

Toko Gramedia sebagai jaringan distribusi dan KPG selaku penerbit rasanya juga tidak memilih secara acak buku-buku yang hendak didiskon. Kalau salah satu pertimbangannya ialah best seller memang masuk akal. Sebab buku-buku yang mendapat diskon sepanjang November hingga Desember memang kategori buku-buku laris dari berbagai genre. Termasuk nonfiksi, buku pengembangan diri, serta fiksi sejarah seperti Laut Bercerita, Pulang, dan Namaku Alam.

Khusus  buku-buku Bu Leila saya menangkap ada maksud atau misi mulia yang dititipkan. Entah oleh penerbit, toko buku, penulisnya, atau malah semua pihak itu memiliki perhatian yang sama sehingga perlu memberi potongan harga spesial untuk Laut Bercerita, Pulang, dan Namaku Alam. Harapannya buku-buku itu semakin banyak sampai ke tangan dan mata masyarakat Indonesia. Agar bertambah orang-orang yang menangkap cerita dan pengetahuan di dalamnya di tengah pontang-panting menjalani hidup sebagai rakyat yang semakin diperas oleh beban pajak dan pungutan.

Memori Kolektif

Lantas apa manfaatnya membaca Laut Bercerita, Pulang, dan Namaku Alam? Jawaban singkatnya ialah buku-buku semacam itu telah mengabadikan dan menjaga memori kolektif masyarakat Indonesia.

Bukan ingatan orang per orang yang diakumulasikan, memori kolektif ialah pengalaman selektif yang dimiliki suatu masyarakat atau bangsa yang berguna untuk mengidentifikasi dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan bersama.

Memori kolektif bukan sekadar instrumen sosial dan kebudayaan. Besarnya pengaruh memori kolektif bagi masyarakat dan bangsa membuatnya sering dijadikan sebagai intrumen politik oleh banyak rezim penguasa di manapun berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun