Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yang (Mungkin) Hilang dari Kompasiana: Ketegasan dan Keadilan

6 Desember 2024   08:12 Diperbarui: 6 Desember 2024   08:18 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana (dok. pribadi).

Vonis kepada artikel yang dianggap provokatif tersebut tidak melegakan saya. Sebab artikel tersebut hanya dimoderasi dengan pencabutan label Pilihan. Saya akan lebih lega jika artikel tersebut dihapus. Sebab itu mencerminkan kepastian dan kejelasan.

Pelanggaran provokasi bagi saya bukan hal ringan. Sama seriusnya dengan menulis hoaks. Artikel jika terbukti memuat provokasi seharusnya dihapus sesuai ketentuan Kompasiana yang menyebut “Tidak Dapat Dipublikasikan”.

Menayangkan kembali artikel dengan hanya mencabut label Pilihan malah menandakan ketidaktegasan Kompasiana. Ada kesan Kompasiana memberi toleransi pada artikel-artikel yang memuat provokasi. Atau Kompasiana memang belum memiliki kriteria yang jelas untuk mengkategorikan tingkat pelanggaran?

Sisi lain dalam benak saya pun terusik. Seolah Kompasiana sedang mengampuni saya dan berkata: “Begini lho, artikel anda melanggar dan provokatif. Sebenarnya tidak bisa tayang, tapi kami berbaik hati, jadi kali ini bisa tayang, tapi dicabut label Pilihannya ya”.

Bukan seperti itu cara menerapkan  aturan dan saksi. Hukuman bagi artikel yang melanggar aturan dan tidak bisa dipublikasikan, apalagi telah dianggap provokatif, menurut saya hanya satu: Dihapus. 

Kompasiana jangan berkompromi dengan artikel provokatif, hoaks, dan yang serupa. Sebaliknya, jika tidak ditemukan pelanggaran seperti yang dimaksud, maka artikel tersebut perlu dipulihkan seperti pertama kali tayang. Sayangnya itu tidak terjadi. 

Sistem kurasi atau sensor yang dilakukan oleh Kompasiana dengan mendeteksi satu kata untuk menarik “kemungkinan” kesimpulan terhadap keseluruhan isi telah menimbulkan kerugian ganda bagi saya dan mungkin penulis lainnya.

Pertama, hilang kesempatan mengekspresikan gagasan sesuai dengan kreativitas yang saya kehendaki. 

Kan artikelnya muncul lagi, cuma dicabut label Pilihannya?

Itulah kerugian kedua. Sebagai orang yang selama ini peduli terhadap keberadaan artikel-artikel hoaks, click bait, provokasi dan sejenisnya di Kompasiana, saya merasa risih menjumpai artikel provokasi di halaman profil saya sendiri. Itu sebabnya akhirnya saya sendiri yang menghapus artikel tersebut. Paling tidak saya sudah tegas pada diri sendiri untuk tidak berkontribusi mencemari Kompasiana dengan tulisan provokatif.

Saya tidak mau ikut menolerir artikel provokatif, hoaks dan sebagainya. Jika tidak bisa dipublikasikan di Kompasiana, maka artikel itu pun tidak boleh ada di halaman profil saya. Malu rasanya memelihara artikel yang divonis melanggar aturan. Meski pelanggaran itu  berdasar “kemungkinan”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun