Bagaimana cara menyusun buku yang paling baik? Para pecinta buku menyukai cara yang berbeda ketika menyusun buku-buku mereka. Ada yang membariskan buku berdasarkan ukuran, jenis, tema, dan nama penulis.
Dalam Rumah Kertas terjadi diskusi hangat tentang bagaimana sebaiknya buku-buku disusun. Menyusun berdasarkan penulis dianggap paling benar dan lazim. Buku-buku dari penulis yang sama dikumpulkan dalam satu kelompok.Â
Akan tetapi cara demikian mendapatkan gugatan. Seorang tokoh dalam Rumah Kertas menyampaikan pendapatnya bahwa ada banyak buku dari penulis-penulis berbeda ternyata "berkerabat". Buku-buku itu memuat kisah, cerita, dan tema pembahasan yang saling terkait dan melengkapi. Ada pula buku-buku yang isinya seperti anti-tesis atau bantahan dari buku lain.
Buku-buku yang memiliki "kekerabatan" seperti itu sebaiknya disatukan. Tak peduli penulisnya orang-orang yang berbeda, buku-buku sebaiknya disusun berdasarkan kekerabatannya.
Membaca dalam Terang atau Remang?
Kondisi cahaya bisa mempengaruhi kenyamanan, ketahanan, dan konsentrasi saat membaca buku. Sebagian orang memilih membaca dalam ruangan atau suasana terang cukup cahaya. Namun, tidak sedikit pula pecinta buku yang khusyuk membaca dalam ruangan temaram dengan lampu yang hanya menyorot bagian buku.
Seorang tokoh dalam Rumah Kertas memiliki kebiasaan membaca buku dalam terang. Cara itu dianggapnya paling baik dan ideal. Namun, seorang tokoh lainnya menunjukkan bahwa sedikit cahaya remang dari lilin ternyata bisa menciptakan kenikmatan dalam membaca.Â
Berkat pendar cahaya lilin, teks-teks yang tercetak dalam halaman buku nampak seperti jalur-jalur yang bersambungan. Setelah dihayati, jalur-jalur tersebut bagaikan penuntun yang mengarahkan pembaca untuk mengikuti ceritanya secara lebih fokus.
Membuat Katalog dan Indeks Koleksi
Para pecinta buku berpendapat bahwa bagian paling menyenangkan selama berpetualang bersama buku ialah saat mengumpulkan buku demi buku. Berhasil menemukan sebuah buku incaran akan membangkitkan antusiasme untuk mendapatkan buku-buku berikutnya. Bisa memasukkan sebuah buku baru ke dalam lemari koleksi menciptakan dorongan untuk menambah lagi sampai bagian lemari dan rak penyimpanan penuh.
Banyak di antara mereka juga mengandalkan dan percaya pada ingatannya tentang buku-buku yang telah dimiliki dan disimpan rapi. Mereka merasa tidak perlu membuat katalog atau indeks koleksi.Â
Namun, seorang tokoh dalam Rumah Kertas secara tegas menyarankan kepada pecinta buku untuk berhenti sejenak membeli buku-buku baru dan beralih mengalokasikan waktu dan tenaganya untuk menyusun katalog atau indeks koleksi buku. Menurutnya, keberadaan katalog atau indeks sama berharganya dengan koleksi buku. Oleh karena itu, seiring bertambahnya buku, seorang pecinta buku semestinya juga membuat katalog dan indeks untuk semua koleksinya.