Foto-foto kuliner yang diunggah olehnya ke instagram story selama ini jauh dari estetis. Tidak menampilkan komposisi yang eye catching. Namun, justru menandakan sisi spontanitas yang tidak dibuat-buat.
Mba Erina juga tidak mempermasalahkan sedang berada di rumah sakit. Ia tetap mengunggah aktivitasnya mencicipi hidangan. Dengan kata lain, mba Erina tidak pilih-pilih tempat. Tidak membeda-bedakan lokasi.Â
Itu berbeda dengan banyak kreator konten kuliner yang suka memilih meja atau sudut yang dianggap paling estetis. Tidak jarang saat mengunjungi restoran atau tempat makan beberapa kreator bergerombol di satu titik sehingga menimbulkan kegaduhan yang mengganggu pengunjung lain. Mba Erina tidak demikian.Â
Oleh karenanya, mengherankan saat banyak orang mencibir aktivitas kuliner Mba Erina. Padahal yang dilakukannya merupakan kewajaran seperti orang pada umumnya mengunggah foto atau story ke instagram.Â
Banyak orang menganggap Mba Erina sedang pamer. Ini merupakan tuduhan yang menggelikan. Sebab semua orang yang memiliki akun media sosial, saat mengunggah sesuatu pasti bertujuan untuk menunjukkannya pada orang lain. Mengapa hanya Mba Erina yang dipersoalkan dan dituduh pamer?
Mungkinkah orang-orang yang menghina unggahan kuliner Mba Erina sesungguhnya adalah para fans Nex Carlos atau Mgdalenaf yang tidak suka idolanya tersaingi oleh Mba Erina?
Mestinya kita merasa lega dengan konten-konten kuliner yang diunggah Mba Erina selama ini lewat story instagramnya. Sebab konten-kontennya lebih jujur dan tidak dibuat-buat dengan banyak polesan dibanding konten-konten kuliner para youtuber atau influencer kebanyakan.Â
Semoga Mba Erina Gudono tidak patah semangat hanya karena cibiran netizen. Tidak merasa rendah diri dan akan terus mengunggah aktivitas kulinernya di instagram. Bahkan, Mba Erina perlu memulai membuat video-video pendek seputar makanan yang dicicipi olehnya. Konten-konten kuliner Mba Erina nantinya bisa mengoreksi para kreator konten kuliner yang sering memanipulasi informasi. Mba Erina mengajarkan hal paling mendasar dalam mereview makanan, yakni spontanitas, otentisitas, dan kejujuran yang apa adanya.
Masyarakat Indonesia membutuhkan food vlogger pembaharu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H