Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Diamkan Konten Buruk, Jangan Ragu Melaporkannya!

7 Oktober 2024   11:40 Diperbarui: 8 Oktober 2024   07:16 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan ragu! (dok.pribadi).

Di sisi lain masyarakat penikmat konten juga masih permisif terhadap konten-konten buruk yang hadir di depan mata. Banyak penikmat konten bersikap cuek saat ada konten buruk yang muncul di beranda youtube, lini masa media sosial, maupun halaman blog yang mereka buka. Sebagian penikmat konten bahkan menyukai konten-konten buruk karena merasa konten semacam itu telah memuaskan selera atau keyakinan pribadi.

Memang banyak penikmat konten yang sebenarnya merasa risih dan terganggu terhadap konten-konten buruk tersebut. Tidak sedikit yang tahu bahwa konten tersebut tidak baik karena memuat informasi bohong, kebencian, sentimen ras, plagiasi, judul yang tidak sesuai isi atau menyalahi aturan lainnya.  Sayangnya sebagian dari mereka kurang berinisiatif untuk ikut menyaring konten-konten buruk tersebut. Mereka cenderung diam saat menjumpai konten-konten buruk di halaman media sosial atau blog.

Mereka yang menjumpai konten buruk memang sudah mengambil tindakan tepat dengan tidak meneruskan membaca, menonton, dan menyebarkannya. Namun, diperlukan tindakan lebih dari itu. Yakni, dengan memanfaatkan fitur "laporkan" yang tersedia di hampir semua platform media, baik media sosial, youtube, maupun blog.

Sudah saatnya masyarakat penikmat konten mengambil peran lebih aktif dalam menjaga ruang digital. Telaga yang semakin keruh airnya membutuhkan bantuan para penikmat konten untuk menyaring konten-konten kotor agar tak terus menerus mencemari kolam bersama. 

Sangat ironis saat menjumpai suatu konten yang membuat kebohongan mendapat banyak "like" dan "komentar positif". Cukup mengusik jika ada konten plagiasi justru diapresiasi dan dipuji beramai-ramai. Memprihatinkan jika mengetahui ada konten buruk yang menjadi populer seolah diamini oleh semua orang sebagai sesuatu yang baik dan benar.

Tidak adakah di antara ribuan penikmat konten tersebut merasa terganggu dengan kebohongan yang dimuat konten tersebut. Padahal banyak para penikmat konten merupakan orang-orang berwawasan yang sebenarnya bisa menelaah kebenaran suatu informasi.

Adakah di antara para penikmat konten tersebut yang berinisiatif melaporkan konten-konten buruk itu? Padahal fitur laporkan bisa dengan mudah dimanfaatkan untuk mengirim pemberitahuan kepada administrator dan pengelola media.

Atau jangan-jangan banyak di antara puluhan ribu, ratusan ribu, dan jutaan pembaca serta viewer itu adalah penyuka informasi bohong, penikmat plagiasi, dan penggemar konten-konten buruk? Sehingga para kreator konten dan penikmatnya saling mendukung untuk melanggengkan konten buruk. 

Mengapa konten buruk bisa eksis? Karena kita cuek (dok.pribadi).
Mengapa konten buruk bisa eksis? Karena kita cuek (dok.pribadi).

Disadari atau tidak, pembiaran seperti itu telah menimbulkan kerugian bersama. Sikap permisif dengan membiarkan konten buruk eksis di beranda blog dan media sosial perlu disudahi. Sebab jika terus menerus dibiarkan, konten-konten buruk tersebut akan merasuk dan mempengaruhi masyarakat.

Sudah saatnya menjadi penikmat konten yang lebih maju. Yakni yang mau mengambil inisiatif untuk melaporkan konten-konten buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun