Sebagai manusia beriman, kita tentu percaya pada hari akhir. Lalu berjalan menuju hari perhitungan serta pembalasan. Hari ketika semua umat dihadapkan pada segenap amalnya semasa menjalani peran hidupnya.
Neraca amal baik dan buruk, serta rahmat Tuhan akan menentuan ke mana kita akan berlabuh kemudian. Ke surga atau neraka.Â
Sudah barang tentu tak ada yang menginginkan neraka sebagai tempatnya kelak. Semua mendambakan kekal di taman firdaus dengan seluruh keteduhannya.
Namun, tak ada yang tahu pasti ke mana kita di hari akhir kelak. Orang yang merasa seumur hidupnya menghabiskan waktu dengan pulang pergi rumah ibadah sesungguhnya tak bisa meyakinkan dir sendiri bahwa ia telah pasti mendapat satu tempat di surga. Begitu pun pencuri ternak atau maling sembako di warung tetangga tak bisa divonis sebagai penghuni neraka yang tak bisa diselamatkan lagi. Sebab masa hidup memberi kesempatan untuk bertaubat.Â
Hanya petunjuk dari sang penciptalah yang menuntun manusia pada pilihan ke mana akan menuju kelak. Mereka yang bermanfaat untuk orang banyak akan masuk ke dalam tempat paling teduh yang di bawahnya mengalir sungai-sungai sejuk. Orang-orang yang konsisten menjalankan kebajikan akan mendapatkan tempat yang tinggi dan penuh kedamaian.
Sebaliknya, manusia-manusia yang terlampau berat tabungan dosanya karena semasa hidup terlampau nikmat memupuk kezaliman, akan memasuki tempat khusus untuk mempertanggungjawabkannya. Di sana mereka perlu menebus dosa.Â
Seperti halnya surga yang bertingkat-tingkat, neraka pun demikian. Dalam agama Islam, neraka-neraka itu bernama Hawiyah, Sa'ir, Havia, Ladha, Jaheem, Hutamah, Saqar, dan Jahanam.
Pada setiap neraka telah menanti siksaan-siksaan untuk para penghuninya masing-masing. Misal, manusia-manusia yang konsisten berbuat kecurangan dalam banyak urusan di dunia akan disiksa di neraka Havia. Para koruptor yang senantiasa antusias dan rakus mengumpulkan harta dengan cara tidak halal, mencuri uang rakyat, dan mengambil hak-hak orang miskin, akan dihancurkan di neraka Hutamah. Kemudian orang-orang yang menempuh jalan-jalan kesyirikan akan terpanggang api di neraka Sa'ir.
Begitulah neraka diciptakan dan diadakan. Bukan untuk menakut-nakuti. Melainkan untuk memperingatkan manusia pada segala perbuatan, tindakan, dan perilakunya semasa hidup.
Lantas di mana tempat bagi para penguasa yang menzalimi rakyatnya? Dimasukkan ke mana para pembesar yang mengkhianati amanah? Berkumpul di mana para politisi yang menghancurkan bangsanya sendiri?
Sementara para penyembah berhala dimasukkan ke neraka Jahanam, ke mana para pembesar dan penguasa yang seumur hidupnya menyembah kekuasaan dengan menginjak mati rakyatnya?Â
Akan ke manakah para pembesar dan politisi yang berpesta menikmati roti-roti mahal sambil menertawakan rakyat yang perutnya belum terisi berhari-hari?
Cukupkah neraka menampung para pembesar dan politisi yang berdandan penuh pesona memimpin upacara hari kemerdekaan, tapi setelah itu mereka berganti jubah menjadi begal kemerdekaan? Di mana tempat bagi mereka yang mengkhianati tumpah darah, meludahi makam pejuang, dan menertawakan pengorbanan rakyatnya?
Tentulah ada neraka Jahanam yang menjadi neraka utama, hunian kekal bagi para pelaku dosa besar. Namun, jika semuanya akan selalu menjadi rahasia Tuhan yang Maha adil, mungkinkah ada rahasia tentang satu tempat yang disembunyikan? Â
Tempat di antara neraka-neraka itu. Tempat perhitungan yang disiapkan khusus untuk para penguasa, pembesar dan politisi zalim yang pandai menipu rakyat dengan bedak tebal dan wangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H