Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Roman yang Merawat Ingatan dan Keberanian Berjuang untuk Negeri

18 Agustus 2024   10:54 Diperbarui: 18 Agustus 2024   12:13 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkenalannya dengan seorang kelompok pejuang radikal dan propagandis, lambat laun membuatnya merasa sebagai orang yang tak dibekali cukup keberanian untuk ikut berjuang. Sementara sang kenalan yang telah dianggapnya sebagai sahabat terus memancarkan pesona sebagai pria pemberani. Istri Isa termasuk salah seorang yang terpikat pesonanya. Di belakang Isa, keduanya berselingkuh.

Tempaan waktu dan keadaan pelan-pelan membuat Isa yang tak menyukai jalan kekerasan mulai terlibat dalam arena perjuangan. Keberaniannya dipaksa untuk timbul meski Isa juga masih hidup dengan ketakutan.

Gerakan bawah tanah yang diikutinya merencanakan serangan granat di sebuah tempat yang sering dikunjungi oleh pihak penjajah. Meski telah berada di medan penyerangan, ketakutan-ketakutan masih bermunculan di benak Isa. Keberanian dan tekadnya diadu dengan keraguan sampai akhirnya granat benar-benar meledak.

Setelah penyerangan, Isa berhasil lolos dari kejaran. Dihinggapi rasa takut dan cemas, Isa berusaha berlaku normal seolah ia guru biasa. Namun, keterlibatannya berhasil terendus. Seorang kawan yang dianggapnya paling berani, ternyata berkhianat. Isa pun dijebloskan ke dalam penjara, ditekan dan disiksa untuk membocorkan rencana dan persembunyian rekan-rekan pejuangnya. Namun, justru pada saat paling menyakitkan dalam siksaan penjara itulah Isa berhasil mengatasi ketakutannnya secara paripurna. 

Isa tidak  takluk. Ia menemukan dirinya yang tabah dan berani. Ia tak menyesal telah menempuh jalan perjuangan. Jalan yang sekali ditempuh maka selanjutnya tidak akan berujung.

Jalan Tak Ada Ujung (dok.pribadi).
Jalan Tak Ada Ujung (dok.pribadi).

LARASATI

Larasati, seorang wanita yang dianugerahi kecantikan ragawi menyadari ketenarannya sebagai bintang film bisa digunakan untuk mendukung perjuangan revolusi mempertahankan kemerdekaan. Ia pun memutuskan meninggalkan Yogyakarta menuju Jakarta, ibukota yang saat itu diduduki oleh Belanda yang ingin menguasai lagi Indonesia.

Tekad Larasati tumbuh sebagai buah pertanyaan yang muncul dalam benaknya: "Apa sebenarnya yang sudah aku berikan pada kemerdekaan ini? Mereka sedang melahirkan sejarah. Apa aku lahirkan? Anak pun tidak".

Ya, Larasati ingin seperti kaum pejuang muda yang disaksikannya sedang menciptakan sejarah dengan mempertaruhkan nyawa demi republik. Tekad dan keberanian itu pun semakin tumbuh sepanjang jalan dalam kereta menuju Jakarta. Di dalam kereta ia berjumpa dengan seorang pria yang meski telah kehilangan sebelah kakinya, tapi tetap menempuh jalan perjuangan. Larasati menyaksikan barisan pemuda di sepanjang jalan yang dengan senapan dan bambu runcing terus menjaga wilayahnya agar tak diduduki lagi oleh penjajah. Dilihatnya pula seorang anak kecil yang dengan berani memanjat tiang besi untuk menyambung kawat jalur komunikasi.

Larasti tahu pilihan hidup yang ditempuhnya penuh rintangan dan ancaman. Sebagai bintang film, ia ingin berkarya sekaligus mendukung perjuangan. Tapi di Jakarta ia harus bertemu dengan para pengkhianat, termasuk teman dan kenalannya, yang memilih mengabdi kepada penjajah demi mendapatkan uang dan keselamatan. Larasati pun digoda untuk mengkhianati perjuangan republik. Ia dijanjikan bermain film yang berisi propaganda buruk kaum republik dan sebaliknya citra baik kaum penjajah. 

Diakui benar oleh Larasati bahwa ia bukan manusia suci. Sebab sebagai bintang film wanita ia menyadari telah melakukan dosa-dosa. Namun Larasati ingin ikut menciptakan sejarah seperti para pejuang yang mengangkat senjata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun