Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menengok Fenomena "Es Teh Jumbo" untuk Membangkitkan Kesadaran Lingkungan dan Konservasi Energi

6 Februari 2024   20:38 Diperbarui: 6 Februari 2024   20:51 1653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menunjukkan dari total 69,2 juta ton sampah yang diproduksi penduduk Indonesia pada 2022, sampah plastik menjadi kontributor kedua terbanyak setelah sampah sisa makanan. Sementara setiap tahun ada 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,2 juta ton telah mencemari perairan, terutama lautan.

Sampah sisa makanan dan  plastik mendominasi di Indonesia (dok. pribadi).
Sampah sisa makanan dan  plastik mendominasi di Indonesia (dok. pribadi).

Meningkatnya aktivitas ekonomi dan tren konsumsi masyarakat akan memicu lonjakan jumlah sampah. Apalagi pada 2024 dan 2025 timbunan sampah diprediksi mencapai 70 juta ton yang 9,9 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik.

Laris manisnya es teh jumbo bisa menjadi contoh kecil yang bisa dicermati. Satu sisi fenomena ini menunjukkan daya kreativitas dan semangat wirausaha masyarakat. Es teh jumbo bisa disyukuri karena memberi lapangan pekerjaan dan penghasilan bagi banyak orang, terutama setelah pandemi Covid-19. 

Namun, di sisi lain selalu ada konsekuensi dan dampak yang harus ditanggung lingkungan dari peningkatan aktivitas ekonomi. Dalam hal ini bertambahnya sampah plastik bekas wadah es teh.

Pakai botol air minum sendiri (dok. pribadi).
Pakai botol air minum sendiri (dok. pribadi).

Menengok kecenderungan selama ini, bisa diperkirakan hanya sedikit sampah gelas plastik tersebut yang tertangani dengan benar. Belum banyak masyarakat yang berpikir atau bertindak untuk memanfaatkan ulang bekas wadah es teh jumbo. Pada akhirnya gelas-gelas plastik itu menjadi sampah yang menumpuk di sudut rumah, pinggir jalan, trotoar, selokan, dan hanyut di aliran sungai. Sebagian mungkin dibakar bersama sampah lainnya.

Hal itu sangat memprihatinkan. Apalagi banyak yang belum menyadari bahwa dari setiap sampah plastik yang tidak tertangani sesungguhnya ikut terbuang sejumlah energi yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan gelas plastik dari pabriknya ke tangan penjual dan pembeli es teh. Tidak sedikit bahan bakar minyak yang dihabiskan untuk mengangkut sampah gelas plastik bersama sampah lainnya menuju tempat pembuangan dan pengolahan.

Jumlah sampah tidak pernah berkurang (dok. pribadi).
Jumlah sampah tidak pernah berkurang (dok. pribadi).

Sebuah penelitian di Amerika Serikat pada 2006-2007 mencoba menghitung total energi yang dibutuhkan untuk memproduksi, mengemas, hingga mendistribusikan setiap satu botol plastik di negara tersebut. Hasilnya ialah sebesar 5,6-10,2 megajoules. Energi tersebut sangat besar karena setara dengan 2000 kali energi yang dibutuhkan untuk memproduksi air kran.

Di sisi lain untuk mendaur ulang 1 liter botol atau gelas plastik membutuhkan energi sebesar 0,3 megajoules. Nilai tersebut bukan angka yang kecil. Sebab dengan 0,3 megajoules kita bisa menyalakan lampu 60 watt selama 5 jam. Energi 0,3 megajoules juga cukup untuk menghidupkan komputer selama 25 menit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun