Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perlukah Memberi Uang Tip kepada Kurir Paket?

3 Juli 2023   08:56 Diperbarui: 4 Juli 2023   17:33 3747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fitur pemberian tip untuk kurir paket di aplikasi belanja daring Shopee (dok.pribadi).

Fitur pemberian tip untuk kurir paket di aplikasi belanja daring Shopee (dok.pribadi).
Fitur pemberian tip untuk kurir paket di aplikasi belanja daring Shopee (dok.pribadi).

***

Imbauan untuk memberi tip usai berbelanja daring semacam itu sudah lumrah  sejak beberapa bulan lalu. Terutama ketika berbelanja melalui Shopee dan pesanan ditangani oleh ekspedisi Shopee Xpress. Sedangkan jika paket dikirimkan oleh ekspedisi lain, belum ada imbauan untuk memberi tip kepada kurir.

Bagi saya ini menarik. Agaknya perusahaan ekspedisi sudah mulai mempertimbangkan untuk mengalihkan sebagian tanggung jawab mereka terkait penghasilan kurir. Imbauan untuk memberi tip ke kurir seolah bentuk permintaan atau permohonan agar masyarakat pengguna jasa pengiriman mau menanggung sebagian beban perusahaan untuk menggaji kurir.

Perusahaan ekspedisi atau pengiriman tentu paham bahwa kurir paket mestinya mendapat gaji atau pendapatan yang lebih layak. Sebab para kurir itulah yang menjadi tulang punggung perusahaan sesungguhnya. Perusahaan pengiriman akan kolaps jika tak ada  yang mau mengantarkan barang. Tidak akan ada perusahaan ekspedisi jika tidak ada orang yang bersedia menjadi kurirnya.

Namun, pada saat yang sama perusahaan ekspedisi tidak mampu atau mungkin tidak mau untuk memberikan gaji yang layak tersebut kepada para kurirnya. Sebisa mungkin dicari cara yang paling efisien untuk tetap memiliki kurir, tapi dengan tidak menambah beban perusahaan. Sebisa mungkin perusahaan ekspedisi mendapatkan cukup tenaga untuk mengantarkan paket kiriman tanpa harus menanggung 100% beban untuk menyejahterahkan kurirnya.

Seiring hal itu marak pemberitaan tentang sejumlah perusahaan ekspedisi atau logistik yang melakukan pemutusan kerja kepada banyak kurirnya. Ada pula yang mengubah status kurir dari karyawan tetap menjadi "mitra" yang sewaktu-waktu kontraknya bisa diputus. 

Di media sosial juga kerap kita jumpai curhat atau cerita mengenai penghasilan kurir paket yang kurang sebanding dengan beban dan waktu kerja mereka. Ada kurir yang penghasilannya tidak menentu karena dihitung berdasarkan jumlah paket yang bisa diantarkan dalam sehari. Setiap paket memiliki nilai rupiah tertentu.

Oleh karenanya jika ingin penghasilan yang lumayan, kurir perlu mengantarkan lebih banyak paket. Kalau perlu tetap bekerja pada hari libur, termasuk saat hari raya.

Ada pula berita beberapa waktu lalu tentang kurir yang ditemukan meninggal dunia saat sedang mengantarkan paket. Kemungkinan besar si kurir kelelahan atau sedang sakit, tapi memutuskan tetap bekerja mengantar paket demi mencapai target tertentu.

Realita di atas seolah menegaskan adanya ketidakadilan atau ketidakseimbangan hubungan antara perusahaan ekpedisi, kurir, dan masyarakat pengguna jasa pengiriman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun