Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jurus Indonesia Memperkuat ASEAN dengan QRIS Antarnegara sebagai Identitas Bersama

19 Juni 2023   14:42 Diperbarui: 19 Juni 2023   14:46 2824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
QRIS antarnegara, mengapa tidak? (dok.pribadi).

ASEAN semakin kurang relevan dengan perkembangan zaman. Terlalu elitis dan belum memenuhi kebutuhan yang dekat dengan urusan sehari-hari penduduk Asia Tenggara.

Begitulah yang terungkap dalam hasil survey The State of Southeast Asia 2023. Survey yang diselenggarakan oleh Pusat Studi ASEAN pada ISEAS-Yusof Ishak Institute tersebut memetakan pandangan tentang ASEAN dari kacamata penduduk negara-negara anggotanya. Beberapa hasil temuannya mengisyaratkan kekhawatiran terhadap ASEAN.

Sebanyak 82,6% responden memandang  ASEAN lamban, kurang efektif, dan tidak relevan lagi dalam mengikuti perkembangan dunia. Sedangkan 46,6% menilai ASEAN terlalu elitis dan menjauh dari kepentingan khalayak. Maka tidak heran jika sebanyak 60,7% responden juga menganggap ASEAN berpotensi bubar.

ASEAN Saat Ini

Temuan tersebut tentu memprihatinkan bagi ASEAN yang telah mencapai usia 56 tahun. Selama itu pula ASEAN menyatukan negara-negara Asia Tenggara dalam kawasan regional yang aman, stabil, dan terus tumbuh dari waktu ke waktu.

Bahkan, negara-negara ASEAN seperti Indonesia semakin diakui kredibilitasnya di kancah dunia. Keberhasilan Indonesia menjalankan keketuaan G-20 pada 2022 menghadirkan citra positif bagi ASEAN. Tumbuhnya perekonomian Indonesia sehingga sejajar dengan kekuatan-kekuatan ekonomi dunia juga membawa harapan bagi ASEAN.

ASEAN masih relevan? (dok.pribadi).
ASEAN masih relevan? (dok.pribadi).

Walau demikian, kekhawatiran dan keprihatinan yang tercermin dalam hasil survey di atas tidak boleh diabaikan. Anggapan bahwa ASEAN kurang relevan dengan perkembangan zaman dan semakin berjarak dengan penduduknya merupakan pandangan kritis yang perlu diperhatikan.

ASEAN memang seakan-akan terjebak romantisme masa lalu. Keberhasilan menyatukan negara-negara di satu kawasan menjadikan ASEAN terlalu "state oriented" karena menonjolkan hubungan antarpemerintah. Eksistensinya berkutat pada pertemuan rutin atau konferensi para pemimpin dan menterinya. Sementara permasalahan aktual yang menyangkut nasib penduduk di kawasan ASEAN lamban teratasi. Misalnya konflik Myanmar, perlindungan pekerja migran dan perdagangan orang.

Artinya anggapan bahwa ASEAN saat ini terlalu elitis, kurang relevan, dan tidak efektif dalam mengatasi permasalahan serta memenuhi kebutuhan penduduknya sendiri bisa dipahami.

Transformasi ASEAN

Agar kembali relevan ASEAN harus mempertajam orientasinya pada masalah dan kepentingan yang bersentuhan erat dengan aktivitas sehari-hari penduduknya. Dalam hal ini ASEAN perlu bertransformasi dari perhimpunan yang sifatnya "state oriented" menjadi  "people oriented" yang lebih membumi.

Tuntutan untuk menghadirkan manfaat yang nyata bagi penduduk ASEAN semakin mendesak. Hal-hal praktis yang mendukung kemudahan interaksi dan aktivitas penduduk ASEAN sudah saatnya lebih diperhatikan.

Sejalan dengan transformasi tersebut, agenda besar ASEAN yang seringkali terlalu sulit untuk dipraktikkan perlu menjadi pelajaran. Ambil contoh Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sejak diemplementasikan para 2016, MEA masih berjalan lambat. Dalam praktiknya negara-negara ASEAN justru saling bersaing mengalahkan satu sama lain. Padahal, MEA diharapkan bisa memperkuat integrasi ASEAN sebagai kekuatan ekonomi yang memberikan manfaat signifikan bagi penduduknya.

Maka dari itu transformasi ASEAN selain untuk membuatnya menjadi lebih dekat dengan penduduknya sendiri, juga diarahkan agar ASEAN menjadi semakin terintegrasi. Dari sekadar "perhimpunan negara-negara" menjadi "komunitas masyarakat" yang saling mengenal.

Jurus Indonesia

Sebagai ketua ASEAN 2023, Indonesia memegang kemudi untuk mengarahkan ASEAN  menjawab tantangan zaman serta memenuhi harapan penduduknya. Momentum transformasi pun terpancang dalam tema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" yang diusung Indonesia.

Tema ekonomi memperlihatkan kejelian Indonesia dalam menetapkan orientasi dan prioritas ASEAN saat ini. Sebab menurut survey The State of Southeast Asia 2023, mayoritas penduduk ASEAN memberi perhatian terbesar pada masalah perekonomian.

Memperkuat pilar-pilar ekonomi merupakan langkah tepat untuk membawa ASEAN selaras dengan kebutuhan dan kepentingan penduduknya. Sedangkan agar bisa menjadi pusat pertumbuhan, ASEAN pertama-tama harus lebih terhubung satu sama lain.

QRIS (dok.pribadi).
QRIS (dok.pribadi).

Salah satu jurus yang dikedepankan Indonesia ialah mendorong integrasi dan konektivitas sistem pembayaran. Implementasinya dalam bentuk QRIS antarnegara. Yakni, sistem pembayaran lintas negara berbasis kode respon cepat (QR Code) yang bisa diterima dan digunakan di negara-negara ASEAN. Dengan QRIS antarnegara, penduduk ASEAN bisa bertransaksi dengan mudah, cepat, dan aman di negara-negara Asia Tenggara tanpa repot mengkonversi atau menukarkan mata uang.

Itu sangat relevan dan bersentuhan langsung dengan aktivitas penduduk ASEAN sehari-hari. Sejalan pula dengan era digitalisasi yang semakin tak terpisahkan dari keseharian setiap orang.

Saat ini QRIS antarnegara telah diimplementasikan di Thailand dan Malaysia. Selanjutnya akan menyusul digunakan di Singapura dan Filipina. Bahkan, Bank Indonesia bersiap memperluas implementasinya sampai ke Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok.

QRIS antarnegara merupakan jawaban dari Indonesia untuk ASEAN yang sedang dituntut melahirkan kerjasama lebih konkret. Bukan sekadar piagam pernyataan, melainkan produk bersama yang bisa dinikmati secara luas oleh penduduk ASEAN.

Implementasi QRIS di negara-negara Asia Tenggara menjadi pengakuan terhadap inisiatif dan peran Indonesia yang signifikan untuk kemajuan ASEAN. Menegaskan pula keandalan Indonesia sebagai pemimpin yang mampu membawa ASEAN mengikuti tantangan zaman serta peka menangkap harapan penduduknya.

Kesadaran Baru

Terwujudnya konektivitas sistem pembayaran antarnegara dengan QRIS sebagai tulang punggungnya menandai adanya kesadaran baru yang mencerahi ASEAN. Semakin disadari oleh negara-negara ASEAN bahwa cara terbaik untuk memperkuat integrasi ialah dengan saling membuka diri dan berbagi. Berkolaborasi menggabungkan potensi setiap negara akan lebih menguntungkan bagi ekonomi dan penduduk ASEAN.

Mengingat integrasi ekonomi ASEAN sebelumnya berjalan lambat, diperlukan pintu masuk baru yang memungkinkan penduduk ASEAN bisa terlibat secara aktif. Sebab dengan partisipasi penduduk yang tinggi, ekonomi ASEAN akan tumbuh lebih merata. 

Dengan QRIS antarnegara, ekonomi ASEAN semakin kuat bukan semata karena kerjasama para pemimpinnya. Namun, karena partisipasi langsung penduduknya yang menggunakan QRIS saat bertransaksi.

Keterlibatan penduduk itulah yang menandai transformasi ASEAN menjadi lebih "people oriented". ASEAN yang lebih dekat dengan penduduknya karena terilhami oleh prinsip kebersamaan khas Indonesia, yakni "dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat".

Dalam hal ini QRIS antarnegara berangkat dari kebutuhan penduduk ASEAN yang berharap adanya konektivitas sistem pembayaran yang kekinian. Kemudian bisa diterapkan dan dipraktikkan oleh penduduk ASEAN dalam aktivitas sehari-hari. Manfaat terbesarnya pun untuk penduduk ASEAN.

QRIS antarnegara, mengapa tidak? (dok.pribadi).
QRIS antarnegara, mengapa tidak? (dok.pribadi).

Mengintegrasikan sistem pembayaran memang bukan hal mudah.  Menurut Bank Indonesia tantangan terbesarnya ialah setiap negara memiliki aturan berbeda dan membutuhkan biaya tinggi. Namun, implementasi QRIS antarnegara telah memperlihatkan bahwa ASEAN di bawah keketuaan Indonesia memiliki kesadaran dan semangat tinggi untuk peduli pada kepentingan bersama. 

Identitas Bersama

Data Bank Indonesia menunjukkan penggunaan QRIS di tanah air terus tumbuh dari tahun ke tahun. Pada akhir 2022 telah ada sebanyak 28,75 juta pengguna QRIS. Padahal pada 2021 angkanya baru sekitar 13 juta pengguna. Sedangkan jumlah merchant pada akhir 2022 tercatat sebanyak 22,7 juta merchant.

Jumlah tersebut didominasi capaian di Pulau Jawa. Oleh karena itu, terobosan Bank Indonesia dan peran masyarakat terus diperlukan untuk memperluas penggunaan QRIS secara inklusif di seluruh daerah. Hal itu akan menginspirasi lebih banyak negara ASEAN untuk mengimplementasikan QRIS antarnegara karena yakin bahwa produk tersebut bisa diandalkan.

Lebih lanjut, dengan semakin banyaknya negara di Asia Tenggara yang mengimplementasikan QRIS antarnegara, potensinya perlu dimaksimalkan lebih dari sekadar inovasi sistem pembayaran.

Menjadikan QRIS antarnegara sebagai identitas bersama ASEAN akan menjadi capaian emas. Dalam hal ini slogan "Satu QRIS Untuk Semua" yang dicanangkan di Indonesia mendapatkan penguatan menjadi "Satu QRIS Untuk ASEAN".

ASEAN memang dirasakan membutuhkan satu identitas yang bisa dimiliki dan dibanggakan secara bersama-sama. Adanya identitas bersama akan membuat penduduk ASEAN semakin tertarik untuk saling mengunjungi dan mengenal. 

Penting untuk mencermati hasil survey The State of Southeast Asia 2023 tentang pilihan tujuan wisata dan studi lanjut. Mayoritas penduduk ASEAN ternyata lebih memilih bepergian ke Jepang (27,3%) dan Uni Eropa (15,3%) dibanding mengunjungi sesama negara di Asia Tenggara. Penduduk ASEAN juga lebih memilih Amerika Serikat, Inggris, dan Australia sebagai tujuan studi lanjut. Hanya 9,4% yang tertarik untuk melanjutkan studi di negara-negara Asia Tenggara.

Temuan di atas menunjukkan bahwa penduduk ASEAN belum benar-benar terhubung.  Meski selama puluhan tahun ASEAN bisa menyatukan negara-negara, tapi penduduknya belum menjadi kesatuan masyarakat yang dekat. Keinginan untuk saling mengenal masih kurang.

Oleh karenanya setelah ASEAN mampu bertransformasi, langkah strategis berikutnya ialah membangun identitas bersama yang relevan bagi semua penduduk ASEAN.

Penduduk ASEAN lebih tertarik mengunjungi negara di luar Asia Tenggara (dok.pribadi).
Penduduk ASEAN lebih tertarik mengunjungi negara di luar Asia Tenggara (dok.pribadi).

QRIS antarnegara barangkali merupakan hal kecil dalam kerangka ASEAN yang besar. Namun, hal kecil itulah yang membuat QRIS mudah diterima, dipraktikkan, dan dirawat oleh semua orang. 

Implementasi QRIS antarnegara membuat penduduk ASEAN semakin nyaman dan tertarik untuk saling berkunjung. Ke manapun penduduk ASEAN pergi ke negara-negara di kawasan, QRIS antarnegara akan selalu menyertai.

Mahasiswa asal Malaysia dan Thailand bisa membayar menggunakan aplikasi negaranya dengan memindai QRIS saat menempuh studi di Indonesia. Sedangkan orang Indonesia akan bisa mudah bertransaksi menggunakan aplikasi pembayaran QRIS dengan memindai kode QR ketika berlibur atau menonton konser di Singapura. 

Lalu ketika ditanya, apa yang membuat mereka merasa menjadi bagian dari ASEAN dan bangga sebagai penduduknya, masing-masing akan berkata: saya pakai QRIS.

Itu bukan khayalan semu. Diterimanya QRIS antarnegara dan semakin banyak negara di Asia Tenggara yang bersiap mengimplementasikannya merupakan bukti bahwa ASEAN telah menyadari perlunya "identitas bersama".

QRIS sebagai identitas bersama (dok.pribadi).
QRIS sebagai identitas bersama (dok.pribadi).

ASEAN tetap dibutuhkan pada masa kini dan mendatang. ASEAN juga akan semakin terintegrasi, kuat dan maju bukan sekadar sebagai perhimpunan negara-negara. Melainkan sebagai kesatuan masyarakat yang penduduknya saling mengenal dekat.

Di bawah keketuaan Indonesia pada 2023, ASEAN sedang bergerak ke sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun