Saya beruntung menemukan banyak bunga mekar pagi itu. Warnanya yang mencolok seolah memanggil-manggil. Arah tumbuhnya yang menantang sorot matahari membuat mahkotanya semakin nampak cantik. Warnanya yang meriah amat menyegarkan saat dipandang dari dekat maupun kejauhan.
Pada pinggiran sawah yang dekat dengan aliran kali saya juga suka berlena-lena membaca buku. Gemericik airnya bukan gangguan yang membuyarkan kekhusyukan. Justru ditemani suara air, membaca menjadi tidak membosankan.Â
Sesekali berhenti, pandangan bisa dialihkan sejenak mengikuti arah laju air. Atau kaki sebentar dicelupkan ke dalam alirannya. Kesegaran yang dirasakan menjadi pembangkit mood untuk melanjutkan bacaan.
Ketika membaca telah dirasa cukup, bangkit mendekat ke tengah sawah dan ladang jadi perjalanan pendek penuh nostalgia. Sambil merentangkan kedua tangan, merasakan aliran angin yang menerpa tubuh, mata sebentar terpejam. Saat itulah kenangan masa kecil seperti terulang kembali. Bagaimana dulu saya sering kabur dari kewajiban tidur siang dan sore dengan melarikan diri ke sawah-sawah ini. Bersama teman-teman memainkan apa saja yang bisa dijumpai di sawah dan ladang. Termasuk sesekali mencabuti umbi singkong tanpa izin pemilik ladang.Â
Mengingat semua itu pikiran kembali segar. Kembali ke kampung halaman dan memandangi alamnya yang indah membuat hati dipenuhi kelegaan. Semua kesan yang didapat menjadi bekal pengalaman dan pelajaran hidup yang amat berharga.
Itulah yang membuat saya bersyukur dilahirkan dan dibesarkan sebagai orang desa. Sama halnya saya selalu kagum menjumpai keelokan-keelokan yang memesona di banyak tempat di Indonesia.Â
Negeri ini amat dan terlalu indah. Semangat Bangga Berwisata di Indonesia menurut saya  bisa dimulai dengan bangga dan bahagia menjenguk keindahan kampung halaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H