Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tak Usah Pusing Cari Tempat Healing, Jenguk Saja Kampung Halaman

28 April 2023   19:49 Diperbarui: 28 April 2023   19:51 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca di kampung halaman (dok.pribadi).

Sementara di pinggir jalan dekat ladang telah terparkir beberapa sepeda dan sepeda motor. Sepagi itu orang-orang di kampung sudah menyapa sawah dan ladangnya. Sedangkan pemilik gudang penampungan hasil panen telah bersiap menjemur gabah untuk dikeringkan.

Sepagi itu pula beberapa ibu pengurus rumah tangga yang setia telah menceburkan kakinya ke kali. Benar, hingga sekarang beberapa orang di kampung saya masih mencuci pakaian di kali. Jangan buru-buru menganggapnya jorok. Sebab kali-kali di utara kampung masih cukup jernih airnya. Yang mengalir di sana benar-benar air yang segar, bukan  genangan pekat penuh sampah seperti yang lazim ditemui di kota.

Seorang petani sedang mengolah tanah (dok.pribadi).
Seorang petani sedang mengolah tanah (dok.pribadi).

Pemandangan semacam itu menjadi pengantar renungan yang lembut. Bukan untuk melamun, melainkan kontemplasi diri. Melihat orang-orang yang sejak pagi telah memupuki ladang dan mengairi sawah, tentu merekalah yang paling berjasa memberikan bahan makanan terbaik yang sehari-hari kita konsumsi. 

Sedangkan kita masih asyik menikmati liburan. Kita yang sering menganggap diri sebagai orang kota lebih punya peran dalam kemajuan peradaban, sesungguhnya banyak menggantungkan hidup pada orang-orang di ladang dan sawah itu. Lantas mengapa kita sering menyombongkan diri? Pantaskah kita merasa lebih baik dan unggul dibanding saudara-saudara di kampung?

Maka kembali ke kampung halaman dan memandangi ladang serta sawah seringkali tak sekadar perjalanan healing dan refreshing. Melainkan juga momentum untuk memulihkan kesadaran diri agar menjadi manusia yang lebih baik.

Di utara kampung, saya selalu bisa berdiam hingga 2 jam lamanya. Banyak yang bisa dilakukan untuk menyerap ketenangan, kesegaran, dan keindahan di sana.

Sebentar lagi mekar (dok.pribadi).
Sebentar lagi mekar (dok.pribadi).

Memuaskan pandangan pada aneka kembang yang tumbuh di tepian sawah dan kali sangat mengasyikkan. Dari dulu saya menyukai bunga. Seorang teman yang banyak membaca kitab pernah berkata bahwa "wardhana" yang menjadi nama belakang saya mempunyai padanan makna "bunga" dan "indah" dalam bahasa sansekerta. Entah ia mengarang atau berkata sebenarnya.

Satu yang pasti setiap menjumpai bunga-bunga bermekaran memamerkan bentuk dan warnanya, saya senang mengamatinya. Sekalian menguji klaim kehebatan kamera smartphone yang dipunyai. Konon kamera HP sekarang dibekali lensa yang mampu mendeteksi keindahan bunga dan mengabadikannya lewat kemampuan macro. 

Cantik (dok.pribadi).
Cantik (dok.pribadi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun