Jalan besar itu masih ada. Meski namanya tak lagi sama dengan yang tertulis di dalam cerita. Jalan Bojong kini telah berganti sebutan menjadi Jalan Pemuda yang membentang di jantung Kota Semarang.
Di sisi selatan jalan tersebut, dalam dekapan kepadatan pencakar langit, sebuah kampung masih bertahan memeluk sejarahnya yang panjang. Menjadi saksi naik turun kehidupan kota dan perubahan zaman.
Kampung Sekayu namanya. Di sini ada sebuah rumah yang telah setia merekam masa panjang kehidupan para penghuninya. Salah satunya seorang bernama Nh. Dini.
Di rumah ini Nh. Dini tumbuh dan melalui masa belasan tahun yang penuh cerita. Sejak masa kanak-kanak hingga remaja. Dengan tekun ia menghayati suka duka kehidupannya bersama keluarga, kehidupan kota Semarang, dan orang-orang Sekayu.
Bagi Nh. Dini, ada dua hal yang menyumbang kenangan dan bekal kehidupan paling kaya dalam batinnya. Pertama sang ibu. Kedua ialah rumah Sekayu yang sudah berdiri sejak sebelum ia lahir pada 29 Februari 1936.
"Sebuah Lorong di Kotaku", "Padang Ilalang di Belakang Rumah", "Langit dan Bumi Sahabat Kami", "Sekayu", serta "Kuncup Berseri" sesungguhnya adalah memoar hari-harinya yang berpangkal dari rumah Sekayu. Tempat pertama yang menempa sifat dan pemikiran Nh. Dini. Rumah yang kelak memberinya pemahaman dan inspirasi tajam bagi lahirnya cerita-cerita hebat. Bahkan, "Pada Sebuah Kapal" sebenarnya diam-diam mengambil sepenggal kejadian nyata di rumah Sekayu yang oleh Nh. Dini samarkan sebagai cerita fiksi.
Berdiri di muka pagar pada Minggu (19/2/2023) pagi, hati saya terasa hangat dan bergetar memandangi rumah bercat putih sayu itu. Lama saya tertegun mengamati semua kenampakan di depan mata.
Ternyata Nh. Dini tidak berbohong. Rumah itu seperti yang ia tuliskan dalam rangkaian ceritanya. Bentuk bangunannya kental dengan kekunoan. Lokasinya di pojok kampung karena mengambil tempat di sudut tikungan jalan yang membatasi Sekayu dengan sungai dan kampung Batan Miroto.
Nh. Dini juga benar saat mencitrakan rumah masa kanak-kanaknya sebagai yang terbesar di kampung selatan masjid. Ternyata hingga kini rumah bernomor 348 itu masih yang terbesar dari sekitarnya.Â