Segelas minuman dingin belum ada yang mengalahkan kesegarannya untuk berbuka. Semangkuk es buah juga sulit dicari tandingannya.Â
Apalagi Ramadan tahun ini cuaca terik sering terasa sepanjang siang hingga sore. Sampai Ramadan memasuki sepertiga akhir perjalanan, teriknya matahari masih jadi teman setia orang-orang yang berpuasa.
Cuaca demikian membuat lemari pendingin dimuati lebih banyak bahan-bahan pencipta kesegaran. Salah satu yang sering ada di kulkas saya ialah cincau.
Saya penyuka cincau sejak kecil. Tidak ingat kapan pastinya, tapi kebun di rumah nenek menjadi tempat pertama kali saya mengenal cincau. Dari situ saya tahu bahwa cincau ternyata dihasilkan dari perasan dedaunan. Semula saya kira cincau adalah agar-agar
Dulu ketika para cucunya datang berkunjung, nenek sering membuat es cincau yang bahan utamanya dipetik dari kebun sendiri. Saya segera menyukai es cincau tersebut, walau saat kecil orang tua sangat membatasi saya untuk meminum es.
Ketika dewasa dan minuman dingin tak lagi jadi pantangan, saya tetap menyukai cincau sebagai bahan minuman. Cincau, santan, gula merah cair, dan es batu bagi saya adalah kombinasi terbaik. Walau demikian kadang saya menikmati cincau setengah polos, yakni hanya dengan gula merah cair, tanpa es dan santan.Â
Selama Ramadan saya kerap membeli cincau dalam kemasan kantung kecil yang dijual di supermarket langganan seharga Rp7000. Biasanya itu sudah habis dalam 2 hari.Â
Bergantian dengan cincau, saya juga menyukai semangka sebagai buah untuk berbuka. Sebab rasanya manis, segar dan banyak mengandung air. Kadang saya menikmatinya dalam bentuk jus dengan tambahan es. Namun, lebih suka menyantapnya langsung sebagai buah potong.
Buah lain yang sedang ada di kulkas saya sekarang ialah Carica. Saya tidak terlalu sering membelinya. Selain tidak semua toko buah dan supermarket menjualnya, harganya juga lumayan. Mengingat Carica yang dijual di pasaran umumnya merupakan produk olahan yang telah dikemas dalam wadah-wadah kecil. Bentuknya sudah seperti manisan dengan sari buah yang segar. Dinikmati saat dingin, Carica sangat cocok sebagai kudapan berbuka.
Di kulkas kadang saya juga menyimpan es krim. Akan tetapi dibanding cincau dan buah-buahan, es krim bertahan paling lama di kulkas. Sebab tidak setiap hari saya menikmatinya. Satu kotak es krim, tergantung ukurannya, seringkali baru habis setelah 1 atau 2 minggu.Â
Untuk takjil berbuka, biasanya saya hanya memilih satu atau dua di antara pilihan-pilihan di atas. Namun, kali ini saya putuskan untuk mengkombinasikan semuanya sekaligus.
Saya menyebutnya Es Cincau Orak-arik. Sebab bahan utamanya tetap cincau. Ditambah satu wadah kecil agar-agar sisa takjil dari masjid usai tarawih malam sebelumnya.
Cincau dan agar-agar karena teksturnya sama-sama kenyal saya hancurkan dengan sendok sampai tercacah kecil seperti telur yang diorak-arik.Â
Selanjutnya tinggal mencampur semua bahan ke dalam gelas. Dimulai dengan es batu, cacahan cincau dan agar-agar, es krim, carica, semangka dan es krim lagi. Agar lebih manis saya tuangkan gula merah cair.
Es Cincau Orak-arik ini sebaiknya diracik dadakan sesaat sebelum berbuka. Jangan menyimpannya terlalu lama di kulkas agar komposisi bahan-bahannya terutama semangka dan cincau tetap segar.
Selamat berpuasa. Semoga Ramadan tahun ini, meski kerap diuji dengan cuaca yang lebih terik, tetap bisa kita jalani dengan lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H