Dulu ia tak tahu bahwa rumah besar di depan pondok kosnya merupakan tempat Nh. Dini tumbuh dan dibesarkan. Seiring waktu ia menyadari betapa tempat itu menyimpan segudang cerita, sejarah dan riwayat dari seorang penulis besar Indonesia.
Ibrahim sebenarnya pernah membuka kedai soto serupa di sebuah pusajera di Kota Semarang. Tiga tahun bertahan di pusajera, ia memutuskan memindahkan kedainya ke bekas garasi di belakang rumah Nh. Dini. "Di sana (pujasera) banyak gangguan, mas", katanya menerangkan.
Oleh karena baru 3 minggu menempati lokasi di belakang rumah Nh. Dini, Ibrahim memasang spanduk berwarna kuning mencolok untuk menarik perhatian. Spanduk itu tertempel di dinding samping luar  rumah Nh. Dini.
Cara tersebut tampaknya lumayan berhasil. Ketika menjejak kampung Sekayu untuk mencari rumah Nh. Dini, saya sempat tersesat di sebuah gang sempit. Seorang warga yang sedang bersantai di teras rumahnya di dalam gang tersebut menunjukkan arah yang benar kepada saya dengan menyebut "warung soto" sebagai penanda rumah Nh. Dini.
Ibrahim menamai soto racikannya dengan "Soto Gerabah Wakanda". Nama "Wakanda" dipilihnya sebagai pembeda. Sementara "Gerabah" mengikuti keunikan wadah penyajiannya berupa mangkuk kecil dari gerabah tanah liat. Begitu pula tatakannya terbuat dari gerabah. Sedangkan sendoknya menyerupai centong kecil terbuat dari kayu dan tempurung kelapa.
Bagi saya penyajian yang klasik seperti itu sangat menyatu dengan romansa lokasinya yang tersembunyi di tengah kampung tua Sekayu dan menempati bekas garasi di belakang rumah yang penuh sejarah.
Apalagi, sambil menikmati soto pandangan bisa menatap langsung rumah Nh. Dini dan menengok halamannya yang telah diabadikan dalam masterpiece "Sebuah Lorong di Kotaku", "Padang Ilalang di Belakang Rumah", serta "Sekayu".
semarang merupakan representasi gurih yang ringan dan tidak membosankan.
Soal rasa, saya tak membutuhkan waktu lama untuk menyukainya. Dari dulu soto khas Semarang telah memikat lidah saya. Sebagai pecinta makanan gurih, sotoSemangkuk soto gerabah Wakanda porsinya tak terlalu besar. Nasi, soun, kecambah, daun seledri, suwiran daging ayam, serta taburan bawang putih dicampur memenuhi wadah. Siraman kuah panas yang menenggalamkan semuanya memantik keluar aroma gurih dan segar yang membangkitkan lapar.