Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Polisi Tidak Takut Presiden, Lebih Takut CCTV?

20 Oktober 2022   08:38 Diperbarui: 20 Oktober 2022   08:58 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengganti dan menghapus CCTV jadi kebiasaan? (dok.pribadi).

Ketiadaan sejumlah rekaman CCTV akhirnya membuat bagian terpenting dari peristiwa pembunuhan Brigadir J menjadi gelap. Fakta-fakta yang hilang seiring terhapusnya rekaman CCTV telah memberi jalan bagi pihak-pihak tertentu untuk menciptakan banyak versi cerita demi lolos dari jerat hukum. Satu cerita disanggah, muncul lagi versi cerita terbaru dan seterusnya.

Maka dari itu, terungkapnya upaya mengganti dan menghapus CCTV Tragedi Kanjuruhan pantas membuat kita bertanya secara kritis.

Apakah menghapus dan merusak CCTV termasuk kompetensi dasar dan keterampilan yang diajarkan dalam kurikulum pendidikan polisi? Mengapa institusi penegak hukum ini sangat takut pada CCTV?

Bahkan, ketakutan polisi pada CCTV terkesan melebihi kepatuhan pada instruksi Presiden.

Pencitraan Kamera TV

Kecenderungan mengganti, menghapus, atau merusak CCTV saat terjadi peristiwa penting bertolak belakang dengan citra polisi yang selama ini ditampilkan di TV.

Seperti diketahui bersama banyak acara atau program TV yang menayangkan liputan sepak terjang polisi saat bertugas. Acara 86 di NET TV merupakan salah satu yang populer.

Melalui acara-acara TV tersebut polisi digambarkan sebagai aparat yang sangat transparan dan terbuka dengan peliputan kamera. Kameramen TV bisa mengikuti polisi ke manapun pergi, termasuk mengambil rekaman paling dekat saat polisi melakukan penindakan dan pena ngkapan pelaku kejahatan.

Dalam acara-acara TV polisi juga tampil sebagai aparat yang tanggap dengan laporan masyarakat. Tegas dan sigap menindaklanjuti keluhan warga.  Citra humanis dan ramah dikedepankan polisi saat memberikan edukasi kepada pelanggar hukum seperti pelaku tawuran dan pelanggar lalu lintas.

Tak jarang acara-acara TV menayangkan polisi-polisi yang humoris ketika menilang pengendara. Bahkan polisi bersedia diajak berfoto oleh warga menggunakan smartphone.

Coretan
Coretan "Sarang Pungli" di Polres Luwu (foto: kompas.com).
Namun, gambaran dalam acara-acara TV tersebut sering bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan. Banyak kejadian justru memperlihatkan sikap polisi yang "insecure" jika ada kamera smartphone mengarah ke mereka.

Polisi sering tidak berkenan direkam atau dipotret saat menilang pengendara. Ada polisi yang segera pergi dan mengurungkan niatnya menilang begitu mengetahui ada kamera terpasang di kendaraan warga. Bukannya ramah, polisi-polisi itu justru marah ketika tindak-tanduknya disorot kamera warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun