Namun, konten prank KDRT yang sedang ramai dan akhirnya direspon oleh kepolisian paling tidak memperlihatkan bentuk "Baim Wong Way".
Diduga memanfaatkan perhatian publik pada kemalangan Lesti Kejora sebagai korban KDRT, Baim Wong lalu mengekploitasi KDRT sebagai konten prank. Tak tanggung-tanggung, ia dan pasangannya melakukannya di kantor polisi.
Konten prank sebenarnya tidak selalu buruk. Bahkan, telah sejak dulu konten prank diproduksi sebagai hiburan yang bisa dinikmati. Tentu saja prank-prank tersebut menitikberatkan pada aspek candaan dan kejutan.
Namun, beberapa konten ala Baim Wong telah melampaui batas "kejutan" dan "candaan". Konten-konten itu justru "merendahkan" dan "menyakitkan".
Apalagi konten kontroversi biasanya disusul dengan konten klarifikasi dan penyataan maaf. Bukannya merefleksikan penyesalan dan pertaubatan, pola konten kontroversi-klarifikasi justru tampak sebagai cara untuk melipatgandakan penonton dan pendapatan.
Banyak yang berpendapat Baim Wong telah kecanduan adsense. Suatu bentuk adiksi yang disebut lebih bahaya dibanding kecanduan narkoba dan minuman kerjas.
Mungkin ada benarnya. Siapa yang tidak mau mendapat banyak uang? Apalagi sudah terbukti bahwa konten murahan dan kontroversi merupakan mesin pencetak uang yang sangat bisa diandalkan.
Namun, agaknya bukan sekadar manifestasi kecanduan adsense. Baim Wong Way merefleksikan gejala empati yang tercabut dari akarnya dalam hati manusia. Akar yang tak lagi menancap membuat empati layu dan perlahan bisa mati.
Sungguh memprihatinkan sepasang suami istri yang memiliki anak kecil cukup tega memanfaatkan KDRT sebagai konten tipu-tipu. Tak adakah dalam perspektif mereka untuk membayangkan bagaimana suami istri dalam rumah tangga yang lain sebagaimana mereka juga hidup berumah tangga?
Menyedihkan pula seorang manusia yang memiliki orang tua ternyata menjadikan kemalangan orang tua lainnya sebagai konten untuk memuaskan kepentingan pribadi.
Kehilangan perspektif untuk menempatkan diri sebagai sesama manusia yang punya punya orang tua, anak dan rumah tangga seperti yang tampak dari konten Baim Wong merupakan wujud dari gejala hilangnya empati.