Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pengorbanan Jordi Amat vs Perilaku Toksik Suporter Indonesia

30 Juni 2022   07:40 Diperbarui: 30 Juni 2022   07:41 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendukung Indonesia seharusnya melihat secara mendalam keputusan Jordi Amat merumput di Asean sebagai bagian dari pengorbanannya demi menjadi orang Indonesia. Merumput di negeri jiran akan membuat Jordi bisa lebih dekat dengan tanah air barunya. Mengenal dan mempertebal cinta pada negeri leluhurnya. Pengorbanan besar yang sayangnya dibalas secara toksik dan picik oleh suporter merah putih.

Melepas paspor satu negara untuk berganti kewarganegaraan bukanlah hal sepele yang tanpa konsekuensi. Apalagi bagi seorang pesepakbola dari negara yang mapan sepakbolanya menuju negara baru yang kurang baik pamor sepakbolanya. Butuh pengobanan besar yang mungkin tak dipahami banyak orang.

Berganti kewarganegaraan berarti rela kehilangan sejumlah keistimewaan yang sebelumny didapatkan. Berganti paspor berarti harus beradaptasi serta berkompromi dengan rancangan masa depan karena pergantian kewarganegaraan seringkali mengubah jalan hidup seseorang. Lebih dari sekadar masalah administrasi, tapi juga menyangkut karir dan kesempatan terkait penghidupannya.

Ambil contoh soal gaji. Di beberapa negara Eropa berlaku aturan atau standar tertentu untuk gaji seorang pesepakbola asing, termasuk dari Asia. Ketika suatu klub hendak merekrut pemain pertimbangannya bukan melulu soal kemampuan, harga transfer, atau caps timnas. Soal gaji juga tak bisa diabaikan karena di liga-liga tertentu berlaku aturan gaji yang berbeda antara pemain Eropa dan pemain dari luar Eropa.

Maka dari itu jika ada seorang pemain asing yang digaji rendah di suatu negara, faktornya tidak selalu karena kemampuannya di bawah pemain lain. Sebaliknya, jika seorang pemain asing digaji tinggi di sebuah liga belum tentu pula karena kemampuannya yang sangat istimewa. Bisa jadi nominal gaji itu merupakan bagian dari regulasi yang mesti dipatuhi oleh klub jika ingin mengontrak pemain asing.

Di sisi lain menentukan klub yang ingin dibela atau liga yang ingin dituju pada dasarnya bukan kuasa pemain.

Oleh karena itu, cukup menggelikan jika ada pendukung sepakbola yang setengah memaksakan kehendak dengan menyerukan "mending main di liga A", "lebih baik di liga B saja", dan seterusnya.

Boleh saja seorang pesepakbola berhasrat merumput di suatu liga. Boleh pula seorang fans menghendaki idolanya berseragam klub tertentu. Namun, jika tidak ada klub yang meminatinya, pemain bisa apa?

Demikian pula jika liganya memiliki regulasi yang membatasi pemain berpaspor luar Eropa. Sang pemain tidak punya pilihan selain mengalihkan tujuannya pada liga lain yang bisa menerima atau memenuhi keinginannya.

Itulah yang sekarang dialami oleh salah satu calon pemain naturalisasi Indonesia asal Spanyol, Jordi Amat. Keputusannya meninggalkan liga Eropa untuk hijrah ke Liga Malaysia menunai penolakan, protes, bahkan cacian dari suporter Indonesia. Lebih parah ialah muncul seruan-seruan toksik yang mendesak pembatalan naturalisasinya.

***
Sejumlah hal penting dilupakan atau mungkin kurang dipahami oleh mereka yang bersikap toksik dan picik terhadap pilihan Jordi Amat.

Perlu disadari oleh para suporter bahwa meski Jordi Amat tergolong pemain tangguh, tapi di Eropa saat ini ia hanya tergolong tier 2. Ia bukan termasuk jajaran pemain top yang mudah dilirik oleh klub-klub dari liga yang lebih mapan di benua biru. Jordi bukan bintang yang bisa leluasa memilih di liga mana akan merumput. Liga Belgia yang terakhir kali ditapakinya pun hanya tergolong liga menengah di Eropa.

Berikutnya faktor usia dan posisi bermainnya sebagai bek yang banyak pesaingnya. Klub-klub Eropa, terutama yang tidak terlalu besar, cenderung memprioritaskan bek lokal yang berusia lebih muda.

Dengan kata lain, Jordi Amat yang seorang bek berkepala 3 dari Liga Belgia dan (akan) berpaspor Indonesia kecil peluangnya untuk dilirik klub dari liga yang lebih mapan di Eropa. Pilihannya telah semakin terbatas pada klub-klub kecil dan menengah dari liga tier 2 yang mungkin tidak bisa menawarkan banyak hal menarik baginya.

Jordi pasti menyadari semua itu sehingga ia harus segera menyesuaikan jalan karir selanjutnya. Ia memilih bersikap realistis bahwa dengan menjadi warga negara Indonesia, ia perlu menimbang pilihan yang paling menjamin penghidupannya sebagai seorang pesepakbola sampai akhirnya ia akan gantung sepatu pada saatnya nanti. Saat tidak banyak klub di Eropa yang menaruh minat lagi kepadanya, berkarir di Asia atau Asia Tenggara lebih bisa diharapkan.

Siapa bilang Liga Malaysia sama kualitasnya dengan Liga Indonesia? Nyatanya dalam beberapa tahun terakhir Liga Malaysia lebih pesat kemajuannya. Dari segi penyelenggaraan dan infrastruktur, Liga Malaysia lebih profesional dibanding liga di negara kita yang berlabel profesional, tapi amatir dalam praktiknya.

Bermain di Malaysia akan membuat Jordi lebih mengenal sepakbola Asean dan Asia. Ini baik baginya sekaligus menguntungkan bagi Indonesia.

Kemampuannya tidak akan hilang begitu saja hanya karena bermain di Malaysia. Jordi yang telah matang sebagai pemain justru akan tetap bisa merasakan sepakbola level tinggi bersama JDT yang telah jadi langganan Liga Champions Asia.

Kekhawatiran bahwa Jordi tak akan dilepas ke timnas Indonesia untuk turnamen regional juga kurang sesuai. Sebab kenyataannya selama ini klub-klub Asean lebih bisa berkompromi untuk mengizinkan pemain bergabung ke timnas. Kalender liga-liga Asean lebih ramah terhadap turnamen seperti Piala AFF. Berbeda dengan klub-klub Eropa yang dikenal teguh berpatokan pada kalender dan agenda resmi FIFA.

Pendukung Indonesia seharusnya melihat keputusan Jordi Amat merumput di Asean secara mendalam sebagai bagian dari pengorbanannya demi tanah air barunya.

Tidak sepantasnya suporter mencemooh bahkan menuntut pembatalan naturalisasinya. Itu merupakan salah satu hal terkonyol sekaligus terburuk yang dilakukan oleh pendukung. Seolah mereka yang menolak atau melarang Jordi ke Malaysia ikut andil dalam penghidupan sang pemain bersama keluarganya.

Seruan #amatlicik, #stopnaturalisasiamat, dan sebagainya membuktikan betapa tidak dewasanya fans sepakbola Indonesia. Menghakimi pilihan Jordi, apalagi menuduhnya telah berlaku licik dan berbohong hanya memperlihatkan betapa  toksiknya suporter merah putih.


Kita tak pernah tahu pertimbangan terdalam di balik keputusan Jordi. Mungkin yang tersiar di media hanya soal gaji. Padahal mungkin saja Jordi memilih ke Malaysia sebagai langkah awal untuk memulai kehidupan barunya nanti sebagai orang Indonesia.

Barangkali dalam hati Jordi telah memutuskan akan menetap di Indonesia kelak. Mungkin pula ia telah merencanakan akan mendedikasikan tahun terakhirnya nanti untuk bermain di Indonesia. Namun, mengingat Liga Indonesia saat ini belum cukup baik, Jordi memilih singgah sementara di negara jiran.

Bagi Jordi Amat bermain di Liga Malaysia bukan sekadar memilih tempat berkarir. Melainkan wujud keseriusannya untuk berkorban demi menjadi orang Indonesia. Merumput di negeri jiran akan membuat Jordi bisa lebih dekat dengan Indonesia.


Dari Malaysia, Jordi bisa melangkah mudah ke Indonesia kapan saja. Saat libur kompetisi atau libur berlatih, ia bisa "pulang" ke Indonesia. Mengenal dan mempertebal cinta pada tanah air barunya.

Sayangnya itu tak terbaca oleh (sebagian) suporter Indonesia. Pengorbanan Jordi justru dibalas dengan seruan-seruan toksik yang memprihatinkan dari pendukung (calon) tanah airnya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun