Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Kakak dan Adik Beda Agama, Keluarga Tempat Pertama Saya Belajar Toleransi

17 April 2022   19:10 Diperbarui: 23 April 2022   10:46 2709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbeda agama, tapi saling menghargai dan mendukung (foto: dok. SabangMerauke via detik.com).

Saya pun tak pernah menanyakannya lagi. Sebab seiring waktu menjadi jelas bagi saya bahwa  tidak terlalu penting untuk mengetahui alasan seseorang memeluk agama tertentu. 

Berbeda agama, tapi saling menghargai dan mendukung (foto: dok. SabangMerauke via detik.com).
Berbeda agama, tapi saling menghargai dan mendukung (foto: dok. SabangMerauke via detik.com).

Kurang penting untuk mencari tahu bagaimana perasaan kakek dan nenek, serta ibu dan para saudaranya yang lain ketika Bu De berpindah agama.

Melihat bagaimana kedekatan ibu dan Bude, serta kerukunan yang diperlihatkan kakek dan nenek dengan Bu De, sudah lebih dari cukup untuk saya memahami bahwa keluarga kami telah "selesai" dengan urusan tersebut.

Buktinya saat Idulfitri kami sering berkumpul bersama menumpahkan rasa bahagia. Beberapa kali Bu De mudik dan merayakan lebaran di rumah kakek dan nenek. 

Di tempat ia dilahirkan dan dibesarkan bersama saudara-saudaranya. Kakek dan nenek juga memperlakukan Bu De dan keluarganya sama seperti yang lain.

Itu sangat berkesan bagi saya. Sebab di rumahnya, kakek dan nenek membangun mushola kecil sebagai salah satu cara menanamkan pengajaran agama kepada anak dan cucu. 

Tapi di rumah itu pula kakek dan nenek menerima perbedaan agama yang dianut salah satu anaknya. Kakek dan nenek tetap memberikan kasih sayang yang sama, termasuk kepada anak dan cucunya yang berbeda keyakinan.

Toleransi di rumah kakek dan nenek nyata adanya. Bahkan, terasa sangat kuat sehingga saya sempat tak menyadari bahwa Bu De menganut agama yang berbeda dari kami semua.

Jalinan kerukunan tersebut terus terjaga hingga sekarang meski kakek dan nenek telah tiada. Bahkan, setelah kakek dan nenek tidak ada, otomatis Bu De menjadi orang yang dituakan di keluarga besar kami.

Seperti beberapa waktu lalu saat ada anggota keluarga yang menikah di Bantul. Bu De datang menghadiri resepsi dan menginap satu kamar bersama Ibu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun