Ia membandingkan dengan 1 liter minyak goreng kemasan yang bisa dipakai untuk menggoreng sebanyak 6 kali. Sedangkan Ali membutuhkan rata-rata 2 liter minyak per hari untuk menggoreng cireng, tahu bulat, olos dan lain-lain. Dalam hitungannya, masih lebih hemat menggunakan minyak goreng kemasan dibanding minyak goreng curah yang harus sering diganti.
Ketiga, Ali tidak langsung membuang minyak goreng yang sudah digunakan. Ia akan menyaringnya untuk digunakan kembali sebagai tambahan saat sedang kekurangan minyak. Ali menyebutnya dengan "ngejog", yakni mencampur minyak goreng baru dengan sedikit minyak goreng yang telah disaring tersebut.
Keempat, Ali menukar minyak sisa yang telah disaring dengan tepung aci yang dibutuhkannya untuk membuat olos dan sotong. Itu dimungkinkan karena penjual tepung langganannya juga berjualan ayam goreng yang membutuhkan tambahan minyak untuk "ngejog". Dengan cara tersebut Ali bisa menghemat ongkos belanja tepung saat pengeluaran untuk minyak goreng sulit ditekan.
Dengan sejumlah siasat di atas pula Ali tetap bisa bertahan berjualan cireng di tengah cekaman krisis minyak goreng.
Pada Ramadan nanti Ali tetap akan berjualan 5 kali dalam seminggu. Dua hari liburnya ialah Senin dan Kamis. Bedanya jika pada hari biasa ia berjualan mulai pukul 9.30 sampai 16.00, maka saat Ramadan ia akan berjualan mulai pukul 15.00.
Ali pun berniat melengkapi gerobaknya dengan jajanan baru. "Mau nambah basreng yang viral itu", tegasnya.
Saya jadi penasaran dengan bakso goreng viral yang dimaksud Ali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H