Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mason Greenwood, Oki Setiana Dewi, dan Normalisasi Kekerasan dengan Selimut Agama

5 Februari 2022   10:58 Diperbarui: 5 Februari 2022   11:01 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oki Setiana Dewi (foto: IG @okisetianadewi).

Apa yang bisa dipahami dari kondisi di atas?

Pemahaman atau pola pikir seperti dalam ceramah Oki yang kemudian diamini oleh beberapa pendakwah lain memperlihatkan salah satu masalah besar serta penyebab maraknya kekerasan di Indonesia dan mengapa masyarakat cenderung membiarkannya, bahkan tak jarang melindungi sang pelaku.

Pertama, konsep aib layaknya noda yang perlu ditutupi dan dibersihkan sebelum orang lain mengetahuinya telah mengeksploitasi sifat pemaaf manusia untuk dialihkan menjadi sikap menerima dan membiarkan kekerasan sebagai masalah pribadi. Sehingga bukan hanya orang lain yang tak perlu tahu, tapi juga hukum tak diperlukan untuk menyelesaikannya.

Kedua, pemahaman tentang aib yang dibungkus dengan selimut agama cenderung menempatkan guru, ustaz, ulama, atau pemuka agama sebagai sosok suci. Pada saat yang sama para murid, santri, atau pengikutnya harus patuh dan taat. Termasuk menuruti perintah atau permintaan sang guru.

Kedudukan suami dan istri juga sering dianalogikan dengan hubungan guru dan murid. Ketika suami diposisikan sebagai guru, maka istri wajib memiliki kepatuhan layaknya murid. Istri perlu menjaga nama baik suami layaknya guru harus terus terlihat suci.

Doktrin kesucian dan kepatuhan ini akan ditekankan saat terjadi perbuatan menyimpang seperti kekerasan yang melibatkan guru dan murid atau suami dan istri. Maka kepentingan untuk menjaga kesucian sang guru menjadi keharusan. Sementara kepatuhan murid dan pengikut perlu diwujudkan dengan menutupi aib sang guru.

Itu sebabnya sejumlah kekerasan yang dilakukan oleh guru mengaji kepada muridnya atau oleh ustaz kepada para santrinya bisa memakan banyak korban dan baru terbongkar setelah sekian tahun lamanya. Selain karena masyarakat belum memberikan perhatian besar kepada tindak kekerasan yang terjadi di lingkup keluarga dan lembaga pendidikan agama, konsep aib yang secara keliru dibungkus dengan selimut agama juga telah memberikan ruang bagi kekerasan secara berulang.

Bukannya dianggap sebagai dosa dan perbuatan pidana, kekerasan justru dianggap sebagai aib yang pilihannya hanya dua: diterima atau ditutupi saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun