Srimulat layak disebut sebagai salah satu ikon terbesar dalam sejarah panggung seni dan budaya pertunjukkan di Indonesia. Mereka adalah grup lawak terbesar, terlama, dan terlucu di Indonesia.
Namun, Srimulat tidak hanya melahirkan dan mewariskan kelucuan. Tak hanya membuat tertawa jutaan orang. Jatuh bangun, pasang surut, dan proses berkarya yang dijalani oleh Srimulat selama puluhan tahun juga meliputi beberapa sisi "serius" yang tidak lucu, bahkan cenderung menegangkan.
RA Srimulat, pendiri sekaligus tokoh kunci Srimulat merupakan seniman berbakat sejak remaja. Sebagai orang yang hidup masa perjuangan kemerdekaan, Ibu Srimulat memiliki keberanian untuk melawan kesulitan-kesulitan. Ia ikut berperan dalam perjuangan bangsa dengan menjalin "pertemanan" dengan militer Indonesia.
Sempat muncul dugaan bahwa Ibu Srimulat seorang agen intelijen. Apalagi pada akhir 1990-an, Jujuk Srimulat diberitahu oleh seseorang yang datang membawa dokumen berisi daftar orang-orang yang bekerja sama dengan militer semasa perang kemerdekaan. Dalam daftar itu terdapat nama RA Srimulat.
Meski dugaan bahwa Ibu Srimulat merupakan agen intelijen belum dipastikan, tapi kedekatannya dengan sejumlah petinggi intelijen militer Indonesia pada masa kemerdekaan benar adanya. Ia sering terlibat dalam pertemuan yang dihadiri oleh tentara untuk membahas masalah politik dan keamanan negara.
Selain itu RA Srimulat  yang kerap menggelar pertunjukkan di daerah-daerah berbahaya  beberapa kali bertemu dengan kelompok pemberontak. Keberadaan pemberontak tersebut oleh Srimulat kemudian dikabarkan kepada militer Indonesia.
Melawan PKI
Periode 1960-an menjadi salah satu periode genting yang dialami oleh Srimulat yang masih bermarkas di Solo. Pengaruh Partai Komunis Indonesia sedang kuat pada masa itu. PKI juga sedang gencar melakukan pendekatan dan propaganda untuk menarik lebih banyak massa pendukung. Salah satu caranya ialah memaksa kelompok-kelompok kesenian untuk bergabung dalam LEKRA (Lembaga Kesenian Rakyat).
Srimulat yang ketika itu telah menjadi grup besar diincar oleh PKI dengan harapan pengaruh Srimulat bisa memperlancar propaganda PKI. Namun, RA Srimulat dan suaminya Teguh Rahardjo menolak untuk membawa gerbong Srimulat ke dalam LEKRA. Hal itu membuat PKI tidak senang dan berbalik melakukan intimidasi terhadap Srimulat.
Srimulat tetap bertahan pada idealismenya. Srimulat tidak menghendaki ada campur tangan politik dalam kesenian yang mereka geluti. Srimulat tak ingin diperalat oleh PKI.
Di sinilah koneksi Srimulat dengan militer Indonesia mendatangkan manfaat. Untuk menghindari rongrongan PKI beberapa kali pertunjukkan Srimulat dijaga oleh tentara. Di tengah keselamatan mereka yang terancam, personel Srimulat terus menghibur masyarakat.