Puan akan menjadi sasaran empuk. Status kepemimpinan seorang perempuan dalam Islam akan digoreng kembali. Demikian pula seputar penggunaan jilbab. Akan banyak kampanye negatif yang ditujukan kepada Puan dan ia tampaknya tidak setangguh Jokowi dalam menahan gempuran isu terkait agama, komunis, dan sebagainya.
Terlalu Ningrat
Di kalangan akar rumput PDIP, bukan rahasia lagi jika Puan dianggap terlalu tinggi untuk dijangkau. Puan terlalu ningrat karena lebih sering menempatkan dirinya di menara gading.
Meski ia pernah memimpin Badan Pemenangan Pemilu PDIP, tapi interaksinya dengan kader partai dinilai tak terlalu dekat. Lagipula pada dasarnya tanpa Puan mesin partai ini sudah lincah karena peran para tokoh di daerah. Maka kritiknya soal pemimpin yang aktif di media sosial dan jarang hadir di lapangan sebenarnya seperti belati yang mengarah ke dirinya sendiri.
Sementara itu popularitas dan elektabilitas Puan yang rendah menunjukkan bahwa Puan tidak terlalu diidamkan oleh banyak kader dan pemilih partainya sendiri.
Limpahan Suara Jokowi
Pertarungan Pilpres 2024 diyakini akan memperebutkan limpahan suara dari pemilih Jokowi dan Prabowo pada 2014 dan 2019. Khusus bagi PDIP, pemilih Jokowi sangat diharapkan mengalir sepenuhnya pada calon presiden yang diusung oleh partai ini. Dengan asumsi Jokowi tidak mungkin lagi mencalonkan diri untuk ketiga kalinya.
PDIP pasti akan memperhatikan dinamika dukungan politik para pemilih Jokowi. Survey Litbang Kompas yang dirilis pada Mei 2021 penting untuk dicermati oleh Megawati dan PDIP. Menurut survey tersebut, para pemilih Jokowi baik dari PDIP maupun luar PDIP mulai melirik tokoh lain sebagai calon presiden.
Dari sejumlah tokoh alternatif, Ganjar Pranowo mendapatkan limpahan suara terbesar dari pemilih dan pendukung Jokowi. Ganjar menjadi pilihan utama para pendukung Jokowi. Menurut Litbang Kompas ada 11% suara pemilih Jokowi yang saat ini telah mengalir ke Ganjar. Jumlahnya bisa terus bertambah seiring waktu. Di sisi lain tak ada nama Puan dalam daftar 10 tokoh yang dilirik oleh pendukung Jokowi.
Oleh karena itu, mengorbankan begitu saja Ganjar Pranowo, apalagi demi memenuhi ambisi Puan Maharani, sama artinya PDIP melepaskan banyak suara. Keputusan untuk mengajukan Puan sebagai calon presiden atau calon wakil presiden pada 2024 berpotensi membuat PDIP kehilangan banyak pemilih dan tidak akan mendapatkan apa-apa.
Ganjar mungkin sulit menjadi capres PDIP pada 2024. Namun, Megawati pun lebih tidak percaya diri memilih Puan yang punya banyak kartu mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H