Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bipang Versi Jokowi Cocok untuk Buka Puasa, Saya Sudah Membuktikan

10 Mei 2021   11:43 Diperbarui: 10 Mei 2021   12:09 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bipang jadi berita nasional dalam beberapa hari terakhir. Khususnya semenjak Presiden Jokowi mempromosikan kuliner bernama Bipang Ambawang yang ternyata sejenis olahan babi muda panggang.

Langkah presiden segera memicu polemik. Sebagian masyarakat menganggap presiden telah melecehkan umat Islam dan tidak menghargai Ramadan serta Idulfitri. Bahkan, ada yang menuntut presiden minta maaf. Konyol memang ego mayoritas seperti ini. Sebab melarang promosi kuliner yang tidak mencerminkan mayoritas merupakan sikap yang penuh kesempitan. Apalagi segera dikaitkan dengan agama dan etnis tertentu.

Menteri Perdagangan sebagai pihak yang berkepentingan dengan promosi presiden tersebut langsung angkat bicara. Selain meminta maaf atas kegaduhan yang timbul, Mendag juga mengajak masyarakat untuk memahami konteks promosi kuliner dalam rangka menghargai keberagaman masyarakat Indonesia. 

Dijelaskan bahwa promosi Bipang Ambawang merupakan bagian dari upaya mendorong masyarakat untuk mencintai dan membeli produk makanan lokal sesuai kearifan masing-masing. Sudah tentu yang muslim tidak perlu mengkonsumsi dan tidak usah membeli.

Jipang atau Bipang mudah dibeli di toko oleh-oleh |dok. pribadi.
Jipang atau Bipang mudah dibeli di toko oleh-oleh |dok. pribadi.

Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman  juga ikut meluruskan. Menurutnya, Bipang versi Presiden Jokowi bukanlah babi panggang. Melainkan penganan yang terbuat dari beras, yakni Jipang yang ternyata dikenal pula sebagai Bipang.

Klarifikasi Juru Bicara Presiden ini sebenarnya bisa dikritisi. Sebab memperlihatkan perbedaan yang mencolok dengan penjelasaan Mendag. Di satu sisi Mendag tidak membantah bahwa Bipang Ambawang yang dipromosikan presiden merupakan babi panggang. Namun, Juru Bicara Presiden justru merujuk pada jenis jajanan yang sangat berbeda, yakni Jipang.

Maka dari itu, klarifikasi dari dua pembantu presiden di atas bukannya menjernihkan masalah. Malah menegaskan buruknya komunikasi publik istana yang selama ini sudah sering terjadi. Presiden Jokowi seolah tidak didampingi oleh para juru humas yang mumpuni. Kalau untuk menjelaskan Bipang saja para pembantu presiden tidak seirama, maka wajar jika pada masalah penting seperti larangan mudik, PPKM, dan penanganan Covid-19  lainnya kita sering menyaksikan para pembantu presiden saling ralat dan tidak kompak.

Kembali ke soal Bipang versi Jokowi yang dijelaskan oleh juru bicaranya sebagai jajanan dari beras. Kalau benar ini yang dimaksud, maka saya termasuk penggemar Bipang alias Jipang.

Namun, saya baru tahu kalau Jipang juga dikenal dengan nama "Bipang". Setahu saya, Jipang yang banyak dijumpai di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY ini punya nama lain "Gipang" atau "Berondong Beras".

Sejak kecil Jipang atau Bipang sudah jadi jajanan kesukaan saya. Jipang sering saya dapatkan dari penjual jajanan di sekolah dan di warung-warung sekitar rumah.

Cemilan buka puasa saya |dok. pribadi.
Cemilan buka puasa saya |dok. pribadi.
Bahannya memang dari beras atau beras ketan yang diolah kering. Biasa dibentuk kotak atau bulat, Jipang dilumuri dengan sejenis karamel gula sehingga rasanya sangat manis dan tekstur luarnya sedikit lengket. Sering pula diberi pewarna tambahan, seperti merah, hijau, dan coklat. Dengan bahan-bahan tersebut, Jipang seratus persen halal.

Jipang merupakan salah satu jajanan jadul yang tetap eksis. Sampai hari ini Jipang masih mudah dijumpai di pasar tradisional dan toko oleh-oleh. Walau penikmatnya barangkali hanya segelintir orang yang pada masa kecilnya dulu suka menikmatinya. Sementara anak-anak zaman now kemungkinan besar kurang tertarik.

Saya pun masih sering menjumpai penjual Jipang yang berkeliling di Jalan Malioboro Yogyakarta. Pernah saya membeli satu plastik besar hanya seharga Rp10.000. Kalau di toko oleh-oleh tentu lebih mahal.

Rasanya yang manis dan renyah seperti berondong membuat saya sering ketagihan. Tidak cukup hanya memakannya satu. Harus beberapa bungkus sampai benar-benar puas.  

Oleh karena rasanya yang manis dan ringan itulah Jipang sebenarnya juga cocok untuk cemilan buka puasa. Saya telah mencobanya dan Bipang versi Jokowi ini memang asyik dinikmati sebagai takjil alternatif. Jipang cocok disandingkan dengan segelas teh hangat. Sambil menunggu menyantap hidangan utama buka puasa, Jipang bisa jadi pembukanya. Tidak menutup kemungkinan pula di beberapa rumah, terutama di desa-desa, Jipang masih menjadi suguhan lebaran.

Jipang atau Bipang cocok untuk takjil buka puasa |dok. pribadi.
Jipang atau Bipang cocok untuk takjil buka puasa |dok. pribadi.
Jadi, Bipang versi Jokowi alias Jipang ini sebenarnya istimewa. Jajanan jadul yang tak punah ditelan zaman dan menjadi populer kembali gara-gara terseret babi panggang.

Oh, ya saya punya harapan bagi teman-teman yang terlalu mempersoalkan Bipang Ambawang, padahal tidak memakannya, semoga bisa mengurangi ego mayoritasnya. Jadi mayoritas semestinya bisa percaya diri, jangan mudah insecure.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun