Namun, jangan terkecoh dengan visual luarnya tersebut. Sebab Masjid Agung Jami Malang pada dasarnya merupakan masjid bergaya "Demakan". Wujud sebenarnya mengacu pada Masjid Demak dengan identitas Jawa yang kuat.
Pilar-pilar kayu yang menyangga ruangan tengah jadi cerminan sakaguru, salah satu nilai dalam kehidupan Jawa. Ada empat sakaguru utama yang ukurannya besar. Empat pilar kayu ini menopang struktur atap bertajug dengan bumbungan berbentuk limas. Bagian bawah sakaguru memiliki undakan dan dilapisi plat logam dengan ukiran di empat sisinya.
Selain sakaguru, ada enam belas sakarewa atau pilar-pilar kayu yang berukuran lebih kecil di segala penjuru ruangan tengah. Sakarewa menopang struktur atap yang bentuknya lebih tradisional.
Karakter arsitektur Jawa di ruangan tengah memberi kesan teduh yang amat dalam. Pintu-pintu kayu yang tertutup dan berjejer di sekeliling dinding menghadirkan suasana sakral.
Manakala lampu-lampunya telah menyala, termasuk lampu gantung di bagian tengah ruangan, suasana akan semakin khusyuk. Berada di ruangan Masjid Agung Jami Malang seperti mendapatkan perlindungan dan berlimpah ketenangan.
Masjid Agung Jami Malang juga tergolong luwes dalam hal pemanfaatan fasilitasnya. Buktinya saya beberapa kali menumpang mandi di masjid ini. Bukan mandi di toilet, tapi mandi di kamar mandi yang memang disediakan untuk mandi.
Akses kamar mandi di Masjid Agung Jami Malang tidaklah sulit. Di sisi selatan serambi terdapat tempat penitipan barang. Di dekatnya sebuah tangga menurun menuju semacam kolam dangkal. Setelah menyeberangi kolam tersebut, kita akan tiba di tempat wudhu jamaah pria. Tak jauh dari situ terdapat deretan toilet.
Persis di ujung deretan toilet ada sebuah ruangan yang lebih besar ukurannya. Itulah kamar mandi yang bisa dimanfaatkan untuk membersihkan diri.