Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kangen Pasar Ramadan Kauman Jogja, Kangen "Kicak" yang Legendaris dan Manis

16 April 2021   12:56 Diperbarui: 16 April 2021   13:39 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mulut gang kampung Kauman Jogja |dok. pribadi.

Tradisi membuat Kicak hanya saat Ramadan yang diawali oleh Mbah Wono dipertahankan hingga kini. Selain bulan Ramadan, sulit atau bahkan tidak akan kita temui Kicak di para penjual jajan pasar. Bentuk kearifan seperti ini membuat Kicak semakin istimewa dan khas karena untuk bisa menikmatinya kita harus menunggu setahun, yakni saat bulan puasa berikutnya tiba.

Itulah sebabnya setiap kali berkunjung ke Pasar Ramadan Kauman saya selalu memilih Kicak sebagai takjil. Banyak penjual di Pasar Ramadan Kauman yang menjajakan kicak.

Ada yang sudah dikemas dalam wadah-wadah plastik ukuran kecil. Ada pula yang disajikan masih dalam ukuran besar dan baru dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil saat ada pembeli.

Kicak dari Kauman Jogja| dok. pribadi.
Kicak dari Kauman Jogja| dok. pribadi.
Seperti disebutkan di awal. Tidak semua penjual Kicak di sana adalah pembuatnya. Hanya segelintir orang yang membuat Kicak, lalu jajanan ini diedarkan kepada beberapa penjual lainnya.

Tak ada aturan cara menikmati Kicak. Bisa ditemani dengan teh hangat, es teh atau sekadar air putih, rasanya tetap mudah membuat saya ketagihan.

Jika dinikmati dalam potongan kecil, Kicak cocok sebagai pembuka saat berbuka. Namun, jika keterusan menikmatinya hingga habis beberapa potong, perut bisa kenyang sampai setelah salat tarawih.

Sayangnya sudah tiga atau empat tahun terakhir saya tak lagi berkunjung ke Pasar Ramadan Kauman. Selama itu pula saya rindu mencecap Kicak.

Ramadan tahun ini terdengar kabar kalau Pasar Ramadan Kauman digelar lagi menyusul pelonggaran dan izin yang diberikan Pemerintah Kota Yogyakarta. Akan tetapi kondisi pandemi Covid-19 yang belum membaik menahan langkah untuk ke sana.

Sebab sulit menghindari kerumunan di tempat seperti pasar ramadan. Tidak mungkin menjaga jarak di tengah lorong sempit di antara rumah-rumah yang berjejer rapat.

Kicak, hanya ditemui saat Ramadan| dok. pribadi.
Kicak, hanya ditemui saat Ramadan| dok. pribadi.
Besar harapan dan doa saya agar pandemi Covid-19 segera usai tahun ini. Agar Ramadan berikutnya saya bisa kembali menjejak Pasar Ramadan Kauman. Agar lidah bisa mencecap lagi lembut dan manisnya Kicak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun