Rasa galau itu barangkali masih ada sampai sesaat sebelum ia tewas ditembak. Dalam rekaman CCTV yang ditayangkan di berbagai media, tampak ia mondar-mandir tak menentu di lokasi terakhirnya.
Kemungkinan saat itulah setitik cahaya putih dalam hatinya masih menyala dan berusaha mengirim sinyal suara ke pikirannya. Namun, pada saat yang sama pekat hitam terus memenuhi dirinya. Cahaya putih itu pun larut kembali dan suara dari hati terdalam teredam sepenuhnya.
Tentu selain faktor-faktor di atas, ada berbagai faktor lain yang berpotensi melahirkan banyak teroris-teroris milenial. Oleh karena itu dalam sikap tenang dan tidak takut, kita pada dasarnya harus lebih waspada terhadap berseminya teroris milenial yang mungkin saja bisa berasal dari sekitar kita.
Agaknya sekarang kita perlu mulai membiasakan diri ketika bicara milenial bukan hanya tentang youtuber dan influencer. Melainkan juga teroris milenial yang muda, galau dan berbahaya.
Jangan sampai lagu "Jika Kita Bersama" dinyanyikan oleh mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H