Awan kelabu mendekap Indonesia pada awal tahun baru. Selama dua minggu pertama 2021 berbagai bencana alam bertubi-tubi menerjang sejumlah daerah. Diselingi musibah transportasi kecelakaan pesawat yang dahsyat.
Di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur, erupsi Gunung Merapi dan Semeru memaksa warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Di Sumedang dan Garut, Jawa Barat, longsoran tanah meluncur mengerikan. Sementara di utara Pulau Jawa, banjir bandang parah menerjang Kalimatan Selatan.
Lalu tiba-tiba guncangan besar dari dalam bumi menghentak Mamuju dan Majene di Sulawesi Barat. Sebanyak 28 kejadian gempa bumi dalam rentang waktu kurang dari 24 jam telah menghancurkan wilayah tersebut. Guncangan terbesarnya 6,2 SR terjadi pada Jumat (14/1/2021) dini hari saat sebagian besar orang sedang terlelap.
Kondisi di atas memperlihatkan kembali betapa rapuh dan rawannya bumi serta tanah yang kita diami. Letusan gunung, guncangan gempa, terjangan banjir, longsoran tanah, gelombang tsunami dan lain sebagainya menjadi keniscayaan yang tak bisa dielak oleh kita yang hidup di Indonesia.
Lain dari itu, penanganan bencana alam dan non alam seperti musibah kecelakaan pesawat yang baru saja terjadi dihadapkan pada tantangan yang lebih sulit dan penuh risiko. Sebab pada saat yang sama kita sedang dicekam pandemi Covid-19 yang semakin meninggi dan belum tertangani dengan baik.
Bisa dibayangkan bagaimana besarnya tuntutan profesionalitas dan kecepatan penanganan bencana gempa bumi di Sulawesi Barat serta banjir bandang di Kalimatan Selatan di tengah kondisi sebagian potensi sumber daya pertolongan dan penyelamatan sedang diarahkan untuk menangani kecelakaan pesawat Sriwijaya Air dan tanah longsor di Jawa Barat.
Demikian pula potensi-potensi SAR di daerah-daerah lainnya. Bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana saja sehingga Tim SAR di manapun mereka berada dituntut selalu bersiaga dan siap untuk bergerak cepat saat dibutuhkan.
Menurut data BPNB dalam dua pekan pertama Januari 2021 ada lebih dari 90 kejadian bencana alam di berbagai daerah. Sebagian dari bencana alam tersebut bersifat merusak.
Ancaman bencana pun masih akan terus dihadapi pada hari-hari ke depan. Di Sulawesi misalnya, terjadinya gempa besar di Mamuju dan Majene memunculkan peringatan akan terjadinya gempa-gempa berikutnya di Sulawesi bagain barat dan tengah. Bahkan, potensi tsunami bisa terjadi tanpa peringatan awal terlebih dahulu. Sebab rentetan guncangan gempa di Sulawesi Barat telah memperbesar potensi runtuhan di dasar laut.
Sementara itu pada Jumat, 15 Januari 2021, Kepala BMKG memberi saran dan rekomendasi kepada pemerintah untuk menyiagakan segenap kekuatan guna mengantisipasi kejadian-kejadian bencana, terutama gempa dan cuaca ektrem yang diperkirakan menjadi ancaman dalam waktu dekat. Potensi terjadinya angin kencang, banjir, dan tanah longsor di sejumlah daerah mengharuskan alarm kewaspadaan disiapkan sejak dini.
Pada saat yang sama, cekaman pandemi Covid-19 menimbulkan risiko yang tidak ringan pada keselamatan Tim SAR dan relawan terlatih lainnya. Sebab mereka menjadi yang terdepan pada setiap kejadian bencana.
Tidak mungkin Tim SAR dan relawan bekerja dengan menjaga jarak. Protokol kesehatan sulit diterapkan secara optimal pada Tim SAR sepanjang waktu ketika mereka terjun di lokasi bencana untuk melakukan pencarian dan pertolongan korban.
Proses pertolongan dan penyelamatan yang harus dilakukan secara militan siang dan malam, serta sering berlangsung di tengah guyuran hujan membuat Tim SAR dan penyelamat rentan mengalami gangguan kesehatan dan kelelahan. Pada saat itu imunitas mereka akan turun sehingga lebih berisiko terpapar Covid-19.
Bukan hanya unsur SAR dari TNI dan Polri yang memang sudah mendapatkan prioritas vaksin, tapi juga unsur lainnya di luar kelompok prioritas saat ini. Para relawan terlatih yang berasal dari Basarnas, komunitas masyarakat dan organisasi sosial juga harus dimasukkan ke dalam urutan pertama vaksinasi Covid-19 yang sudah dimulai pada 13 Januari 2021 lalu.
Pemerintah harus memandang vaksinasi untuk Tim SAR dan relawan kebencanaan sebagai bagian dari penanganan bencana itu sendiri.
Menyuntikkan vaksin Covid-19 lebih awal kepada Tim SAR, penyelamat dan relawan terlatih, akan membuat mereka lebih terlindungi. Dengan sendirinya itu membuat kerja penyelamatan dan penanganan bencana bisa lebih optimal di tengah ancaman Covid-19 yang bisa menyebar di mana saja.
Rentetan bencana alam dan non alam dahsyat yang mengepung Indonesia pada awal tahun baru serta besarnya potensi bencana yang akan dihadapi sepanjang waktu telah memperlihatkan betapa Tim SAR dan relawan kebencanaan menjadi kekuatan penting yang sangat diandalkan sekaligus diharapkan. Maka sudah seharusnya kita memberi dukungan kepada mereka. Salah satunya dengan memberikan suntikan vaksin Covid-19 lebih awal kepada para penyelamat tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H