Aksi tentara mencopot spanduk mengandung beberapa pesan. Pertama sebagai simbolisasi bahwa TNI tetap ada dan selalu ada untuk menjaga keutuhan negara dari setiap ancaman apapun.
Kedua, sebagai bentuk dukungan kepada sesama aparat agar tidak gentar dan melakukan pembiaran terhadap aksi-aksi berkedok agama dan identitas yang nyata-nyata mengancam ketenteraman dan keselamatan bersama, terutama di tengah pandemi. TNI hendak menyampaikan pesan bahwa penegakkan hukum tidak boleh tanggung-tanggung.Â
Jika aparat yang berwenang tak sanggup tegas, biarkan TNI yang melakukannya. Ketiga, TNI secara spesifik hendak merespon ujaran kebencian terhadap TNI dan Polri yang sudah berulang kali dilontarkan oleh habib dan kelompok pendukungnya.
Langkah hukum yang tergelar sekarang tampaknya memberi harapan. Kepala Polisi dan Panglima Tentara unjuk ketegasan dan kekuatan. Paling tidak kita bisa melihat bahwa masih ada aturan di negeri yang bisa ditegakkan.
Semoga benar-benar menjadi angin segar yang akan membuahkan kebaikan besar. Â Jangan sampai sikap tegas aparat hanya pertunjukkan sesaat demi menenangkan protes masyarakat.
Tak boleh lagi seperti yang sudah-sudah ketika negara dan aparat berkompromi terlalu jauh dengan aksi-aksi kelompok yang mengancam keselamatan negara dan masyarakat. Biarkan masyarakat menarik nafas lega.
Layak pula kita sampaikan terima kasih kepada habib. Paling tidak kepulangannya ada mendatangkan sedikit manfaat. Sebab berkat kepulangan habib, berkat arak-arakan massa habib, dan berkat hajatan di istana habib, aparat kembali lebih bernyali dan aturan-aturan kembali berfungsi.
Kalau kata orang sekarang: "aparatnya mulai aktif, ya Bun..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H