Terkait dengan HRS, sepak terjangnya bersama kelompok-kelompok pengikutnya sering membuat pemerintah tertekan. Selama dua periode kepemimpinan Presiden Jokowi, berulang kali kita menyaksikan sejumlah aksi dan gerakan yang dimotori oleh HRS dan para pengikutnya mampu menimbulkan gelombang kecemasan.
Sementara para "penggerak kerukunan" berjibaku merawat ikatan-ikatan antar umat beragama di akar rumput, di level tertinggi pemerintah justru tak maksimal melawan aksi-aksi intoleransi dan penghinaan yang berusaha menghancurkan kerukunan.
Bahkan, dalam beberapa kejadian pemerintah tampak terperangkap dalam sikap kompromistis yang berujung pada pembiaran-pembiaran.
Oleh karena itu, jika benar adanya kegelisahan Presiden Jokowi terkait rencana kepulangan HRS, maka sebenarnya hal tersebut pantas juga ditujukan sebagai kegelisahan terhadap peran negara dan pemerintah dalam memperteguh kerukunan di tengah ancaman yang selalu ada.
Apa yang hendak HRS perbuat sekembalinya ke Indonesia tidaklah terlalu penting untuk dipikirkan. Justru yang paling penting diharapkan ialah pemerintah mampu hadir di tengah-tengah kehidupan beragama yang berulang kali mendapat ujian.
Biarkan saja HRS pulang dan menikmati hidup di negeri yang berulang kali dicaci olehnya sendiri. Asal jangan pemerintah dan negara ini terus menerus lemah dan melakukan pembiaran terhadap gerakan-gerakan yang merongrong kerukunan beragama.
Semoga Presiden Jokowi membaca lagi apa yang diunggahnya kemarin. Sebab "upaya-upaya serupa itulah yang menyebabkan kita dapat menikmati kehidupan berbangsa yang kondusif dan harmonis".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H