Aparat tidak boleh memukul apalagi menangkap para demonstran yang merusak. Kepada mereka polisi cukup menasihatinya saja. Begitulah keadilan dan demokrasi ideal idaman para SJW-Provokator.
Beberapa oknum berhasil ditangkap oleh aparat. Namun, tekanan dari media sosial yang gencar yang dikapitalisasi oleh sejumlah SJW membuat aparat akhirnya membebaskan oknum-oknum tersebut tanpa adanya tindakan hukum lebih jauh.
Oleh karena itu, dukungan perlu diberikan kepada aparat kepolisian. Pertama, agar polisi tidak ragu dalam menghadapi aksi-aksi anarkis yang mengancam keamanan dan keselamatan masyarakat. Kedua, agar masyarakat tidak keterusan menganggap wajar tindakan-tindakan perusakan, pembakaran, dan kekerasan yang dilakukan atas nama kebebasan berpendapat. Dan ketiga, agar para SJW-Provokator tak semakin leluasa menyandera demokrasi dan keadilan sosial dalam ruangan pengap yang mereka ciptakan.
Seperti caption yang ditulis oleh @poldajogja tentang provokator dan perusak yang sedang tertawa, para SJW-Provokator mungkin termasuk dari mereka yang menghendaki negeri ini rusak dan tumbang. Mereka merasa hambar jika tak ada api yang membara dan kaca-kaca yang pecah. Duduk di sofa empuk dengan menghirup aroma kopi terbaik, mereka menikmati arus demonstrasi sambil menyuntikkan kata-kata penyemangat dan pujian kepada para demonstran anarkis.
Maka sudah sewajarnya dan semestinya aparat bertindak lebih tegas lagi kepada keduanya, baik para SJW-Provokator maupun demonstran anarkis.