"Hey...Provokator...Hey....Perusak....selamat engkau kini tertawa bahagia tapi INGATLAH KARMA".
Kalimat tersebut terdengar biasa jika disampaikan oleh masyarakat biasa. Tapi jadi sangat menarik dan mengusik jika yang menyampaikannya ialah aparat.
Adalah akun instagram @poldajogja yang menuliskannya sebagai caption dari video yang diunggah pada Kamis, 8 Oktober 2020, hari di mana demonstrasi anarkis pecah di Yogyakarta serta di sejumlah daerah lainnya.
Video itu memperlihatkan mobil ambulan yang rusak dihancurkan oleh massa demonstran di Malioboro. Tampak pula sejumlah polisi sedang beristirahat, tapi tetap waspada berjaga.
Video itu disertai caption yang tidak terlalu panjang. Namun, sangat lugas dan jelas penekanannya. "Demontrasi silahkan tapi Jangan IKAH HIU MAKAN TOMAT!!!". Begitu penggalan caption yang disertakan oleh @poldajogja.
***
Caption yang singkat, penggunaan huruf kapital, serta kata-kata ungkapan "Karma" dan "Ikan Hiu Makan Tomat" jelas sekali menggambarkan suasana batin polisi yang mengawal demontrasi Omnibus Law kemarin. Semua itu juga mewakili posisi dan perasaan aparat setiap kali menghadapi demonstrasi anarkis.
Kita bisa meraba kecamuk dan kesabaran yang ditahan dalam ketikan caption 'KARMA" dan "IKAN HIU MAKAN TOMAT!!. Jelas terasa adanya luapan perasaan dalam penulisan kata-kata tersebut.
Aparat, terutama polisi memang menghadapi situasi yang sama sekali tidak mudah setiap kali menghadapi massa demonstran. Dalam tanggung jawabnya yang secara penuh diarahkan untuk memastikan ketertiban dan keamanan, aparat harus bisa mencegah aksi anarkis.
Polisi juga dituntut untuk tak gegabah meladeni massa yang anarkis. Pendekatan represif hanya cara terakhir dalam keterpaksaan manakala perbuatan anarkis sudah semakin menjurus ke arah aksi yang mengancam keselamatan secara luas.
Dilema hampir sulit dielakkan. Sebab polisi harus bisa bersikap sabar di hadapan massa yang bar-bar. Dilema aparat yang dituntut untuk terus humanis, sementara di depannya berlangsung aksi anarkis.