Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sulitnya Mengajak Orang Menggunakan Masker meski Diberi Gratis

11 September 2020   08:24 Diperbarui: 12 September 2020   04:39 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adanya aturan memang bisa merekayasa kesadaran suatu masyarakat. Semakin merata dan tinggi tingkat pengetahuan masyarakat, target aturan bisa lebih mudah dicapai.

Masalahnya masyarakat Indonesia sangat bervariasi. Pada setiap level masyarakat pemahaman tentang masker bisa berbeda-beda. Sebagian masyarakat sulit memahami bahwa masker adalah "obat Covid-19 yang sebenarnya". Bagaimana mungkin sepotong kain bisa menyelamatkan nyawa?

Itu sebabnya meski himbauan dan informasi tentang protokol kesehatan telah dijelaskan selama setengah tahun, target perilaku sadar masker masih lamban terbentuk. Ditambah ketiadaan pengalaman hidup karena informasi dan pengetahuan deskriptif saja tidak cukup tanpa pengalaman yang menyertai.

Konsekuensinya ialah meningkatkan stimulus baik secara kuantitas maupun kualitas. Masyarakat harus terus menerus didorong untuk menggunakan masker. Berbagai cara perlu ditempuh agar masyarakat mau menggunakan masker. Salah satunya dengan membagikan masker.

Namun cara demikian membutuhkan waktu yang lama dan menghabiskan banyak sumber daya. Oleh karena itu, kualitas stimulus juga perlu ditingkatkan untuk mempercepat injeksi kesadaran.

Caranya dengan melakukan intervensi aturan secara tegas dan berulang-ulang. Bukan saatnya lagi memberi hukuman yang hanya berupa gimmick menyanyikan lagu, menggunakan rompi dan membuat surat pernyataan.

Pendekatan "humanis" perlu dikonstruksi ulang karena tidak memberikan efek maksimal pada terbangunnya kultur keselamatan di tengah masyarakat.

Selama ini kata "humanis" cenderung direpresentasikan sebagai toleransi terhadap pelanggaran lewat penegakan aturan yang lemah. Padahal dalam kerangka kultur keselamatan di tengah pandemi, "humanis" mestinya dikembalikan pada esensi utamanya yaitu memperjuangkan kepentingan sesama umat manusia untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.

Memastikan setiap orang menggunakan masker merupakan representasi dari sikap humanis yang sebenarnya karena dengan masker orang bukan saja melindungi kesehatannya sendiri, tapi juga sedang berjuang menyelamatkan hidup orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun