Apa boleh buat itu harus kita terima. Pandemi Covid-19 mengharuskan kita lebih banyak berkorban demi keselamatan bersama. Jangan mudik dulu merupakan bentuk tanggung jawab yang perlu kita penuhi dengan sabar dan ikhlas. Memang berat meninggalkan tradisi mudik bukan karena kita tidak ingin, tapi karena tidak boleh.
Sebuah paradigma atau cara penerimaan yang baru perlu kita miliki. Mudik memang smemberi kebahagiaan dan kelegaan. Tapi tidak mudik bukan berarti kita kehilangan kebahagiaan. Justru dengan tidak mudik saat pandemi kita sedang mengumpulkan keping-keping kebahagiaan yang lebih hakiki untuk keluarga kita di kampung halaman. Dengan tidak mudik kita telah mengupayakan kesehatan bagi diri sendiri serta orang-orang tercinta.
Tidak mudik memang menjauhkan kita secara fisik untuk sementara. Tapi dari jauh kita sebenarnya sedang melindungi orang-orang yang kita cintai.
Oleh karena itu, ungkapan "Jangan Mudik Dulu" tidak harus dimaknai sebagai larangan. Melainkan sebagai alih wahana tentang bagaimana  kita mencintai, menjaga, dan melindungi orang-orang tercinta dengan cara yang berbeda.
Sama halnya dengan "Liputan Jangan Mudik Dulu" yang menggusur "Liputan Mudik" bukan berarti meneguhkan kondisi yang serba tidak mengenakkan. Melainkan membawa pesan bahwa sebentar saja kita tak menghampiri kampung halaman. Namun, sesungguhnya kita sedang bergerak mempersembahkan keselamatan, kesehatan, dan kebahagiaan yang lebih besar untuk semua.
Selamat lebaran. Semoga keselamatan senantiasa menaungi kita bersama. Mohon maaf lahir dan batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H