Untuk memenuhi pesanan yang datang Abdul pernah terpaksa memanen jahe merah lebih awal. Akibatnya beberapa pembeli kurang puas dengan kualitasnya.
Abdul sebenarnya sudah berusaha mengenalkan cara memasarkan hasil kebun secara daring kepada petani-petani di kampungnya. Namun, responnya kurang memuaskan. Secara umum para petani di kampung masih terkungkung pada pemikiran untuk menjual hasil kebun secara langsung agar bisa mendapatkan uang sesegera mungkin.
Memuaskan Pembeli
Untuk menarik dan memuaskan para pembeli, Abdul sering memberikan bonus. Bungkusan berisi temulawak, kunyit, dan kayu manis sering ditambahkannya ke dalam paket pesanan jahe merah.
Rata-rata pembelinya kaget dan senang mendapatkan bonus cuma-cuma tersebut. Apalagi kualitas jahe dan empon-empon lainnya yang diberikan Abdul sangat baik. Sebaliknya, jika ada pembeli yang kurang puas Abdul pun bersedia mengembalikan selisih pembayaran.
Abdul mengaku tidak "ngoyo" mencari keuntungan besar dan memilih menetapkan harga yang menurutnya dirasa dalam batas wajar untuk kondisi sekarang. "Segitu aja nggak papa, cukup sesuai pasaran dan nalar", tegasnya.
Gadaikan Laptop
Kebiasaan memberi bonus kepada para pembeli sempat mendatangkan masalah besar bagi Abdul karena paket pesanan yang dikirimkannya menjadi kelebihan berat. Meski kelebihannya hanya sekitar 200 gram, ekspedisi ternyata menghitungnya dengan pembulatan ke atas.
Akibatnya untuk setiap pesanan 1 kg Abdul harus membayar biaya kirim sebanyak 2 kg. Tambahan biaya tersebut ia tanggung sendiri. Ia tak bisa meminta pembeli atau penyedia layanan marketplace untuk mengganti selisih biaya kirim karena inisiatif menambah isi paket datang darinya sendiri.
Pada saat bersamaan ia masih butuh modal untuk mempertahankan usaha kebun miliknya dan menjaga kelangsungan jual beli hasil kebun. Oleh karena itu, Abdul terpaksa merelakan sejumlah barang pribadi demi bisa mendapatkan tambahan dana.Â