Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Menjaga Kebugaran Selama Berpuasa di Zona Merah Covid-19

10 Mei 2020   21:49 Diperbarui: 10 Mei 2020   21:51 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan kaki dan bersepeda (dok. pri).

Ibadah puasa kita tahun ini harus dijalani dengan sejumlah penyesuaian. Mulai dari penyesuaian kebiasaan beribadah, berinteraksi, bekerja, luar rumah, hingga kebiasaan berolahraga.

Awalnya penyesuaian-penyesuain tersebut kita anggap sebagai sesuatu yang memberatkan. Banyak di antara kita yang mengeluh karena tidak nyaman dengan perubahan yang serba mendadak ini. Kita pun jadi lebih was-was memikirkan masalah kesehatan.

Berpuasa sendiri sebenarnya mendatangkan bonus atau manfaat besar bagi kesehatan. Selain ditujukan untuk ibadah, puasa di bulan Ramadan menurut banyak penelitian terbukti mampu menyokong sistem jasmani dan rohani manusia. Salah satunya, puasa baik untuk kesehatan karena membantu detoksifikasi sekaligus mendukung penguatan fungsi berbagai sistem organ di dalam tubuh.

Namun, manfaat tersebut bukan hal yang instan. Kita yang berpuasa harus mengupayakannya dengan cara-cara yang tepat. Di antaranya menjaga pola istirahat dengan tidur sekitar 6 jam per hari. Tidur atau istirahat yang cukup membuat kita bisa tetap bugar selama menjalani puasa.

Penting pula untuk tetap berolahraga selama berpuasa. Tentu saja perlu disesuaikan dan tidak bisa dilakukan dengan treatment yang sama seperti saat tidak berpuasa. Apalagi, pandemi Covid-19 mengharuskan kita untuk lebih mengutamakan keselamatan. Oleh karena itu, olahraga bagi orang yang menjalankan puasa di tengah pandemi perlu dilakukan secara lebih cermat.

Bersepeda jarak dekat bisa menjaga kebugaran selama puasa (dok. pri).
Bersepeda jarak dekat bisa menjaga kebugaran selama puasa (dok. pri).
Namun, dalam kondisi serba sulit dan terbatas tetap terbuka jalan-jalan kemudahan. Puasa di tengah pandemi menyimpan hikmah tersendiri. Bagi saya yang tinggal di zona merah dan sangat dekat lokasinya dengan dua rumah sakit rujukan Covid-19, hampir semua akses masuk dan portal kompleks tempat tinggal telah ditutup atau dijaga sehingga siapapun tak bebas keluar masuk.

Warga yang menggunakan mobil dan sepeda motor menjadi kurang leluasa. Paling  mudah berjalan kaki karena bisa "nyelonong" atau merunduk melewati portal.

Pengkondisian semacam itu membuat saya akhirnya menjadi semakin sering jalan kaki. Sebelum memasuki bulan Ramadan, hampir setiap pagi saya membawa kaki menempuh 1-1,5 km atau mengelilingi kompleks tempat tinggal. Itu saya lakukan sembari membeli sarapan, ke warung membeli sejumlah kecil kebutuhan, atau mampir ke ATM.

Kebiasaan jalan kaki semakin tumbuh berkat pandemi Covid-19 (dok. pri).
Kebiasaan jalan kaki semakin tumbuh berkat pandemi Covid-19 (dok. pri).
Memasuki Ramadan saya masih beberapa kali berjalan kaki di pagi hari. Hanya saja jaraknya tak terlalu jauh agar tidak menganggu stamina guna mengarungi puasa. Kalau bosan jalan kaki saya meminjam sepeda lipat milik saudara dan mengayuhnya ke beberapa tempat.

Seiring meningkatnya laju penularan Covid-19, kebiasaan jalan kaki di pagi hari mulai saya kurangi. Namun, untuk mengoptimalkan gerak tubuh di pagi hari, saya tetap berusaha tidak tidur lagi setelah sahur. Memang kadang rasa kantuk tak tertahan usai salat subuh. Kalau sudah begini saya biasanya mencuri waktu untuk tidur sebentar. Tapi pukul 06.00 saya sudah terjaga kembali.

Pertama-tama yang saya lakukan ialah melakukan peregangan otot ringan dengan menggerakan kaki, tangan, leher, dan badan mengikuti pola senam SKJ yang diajarkan saat sekolah dulu. Setelah selesai, kadang saya melanjutkannya dengan menyiram tanaman atau "iseng" memindahkan pot-pot.

Peregangan dan aktivitas fisik ringan seperti demikian saya lakukan di teras atau di bagian rumah lainnya yang terbuka. Tujuannya agar bisa menghirup dalam-dalam udara pagi guna memberi asupan oksigen yang berharga bagi tubuh dan otak. Oleh karena itu jangan bangun terlalu siang karena kita akan rugi melewatkan kesegaran pagi hari.

Waktu pagi juga sering saya gunakan untuk mengepel. Sejak pandemi Covid-19 mengepel menjadi kebiasaan baru yang saya lakukan setidaknya dua hari sekali. Bagi saya aktivitas mengepel bisa membiasakan badan untuk bergerak lebih aktif. Setelah mengepel ditutup dengan mendulang vitamin D dengan cara berjemur.

Lalu bagaimana dengan sore hari?

Saya biasa mencari hidangan berbuka atau sekadar membeli takjil seperlunya 1,5 jam sebelum berbuka. Untuk melakukannya saya harus berjalan kaki atau bersepeda karena hampir semua portal dari dan menuju tempat tinggal telah sulit untuk dilalui kendaraan bermotor. Meski awalnya cukup merepotkan, tapi pelan-pelan saya menikmatinya. Toh, selama ini saya sudah terbiasa jalan kaki

Jalan sore-sore (dok. pri).
Jalan sore-sore (dok. pri).
Aktivitas fisik seperti jalan kaki atau bersepeda di sore hari selama puasa tidak kalah  dengan olahraga di pagi hari. Meski mungkin hanya menempuh sejauh 750 meter, saya bisa merasakan kondisi badan yang lebih nyaman dan bugar. Berjalan kaki di sore hari juga membuat mood jadi lebih baik.

Jadi, tidak harus berolahraga yang berat. Berpuasa di tengah situasi pandemi tetap memberi peluang kita untuk berolahraga dengan cara yang mudah. Asal dilakukan secara terukur dan mengikuti protokol kesehatan seperti menghindari keramaian, jaga jarak, dan menggunakan masker, manfaat olahraga tetap dapat dirasakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun